kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.325.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pandemi Covid-19 telah mengubah lanskap industri asuransi di Indonesia


Kamis, 04 Februari 2021 / 15:48 WIB
Pandemi Covid-19 telah mengubah lanskap industri asuransi di Indonesia
ILUSTRASI. Karyawan melintas di depan banner asuransi di Kantor Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Jakarta./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/10/06/2020.


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebijakan pemerintah yang mendukung ekonomi digital serta situasi terkait pandemi COVID saat ini mendorong meningkatnya penggunaan platform digital, termasuk aktivitas online konsumen dalam memenuhi kebutuhan asuransi mereka.

Hasil studi Swiss Re terbaru menunjukkan bahwa dengan meningkatnya e-commerce dan dompet digital, menghadirkan peluang kemitraan inovatif antara perusahaan asuransi dan platform digital untuk menjembatani kesenjangan perlindungan kesehatan senilai hingga US$ 82 miliar atau lebih dari Rp 1,1 triliun di Indonesia.

Di antara berbagai jenis saluran distribusi asuransi online, hasil survei menunjukkan bahwa responden di Indonesia lebih menyukai platform digital baru seperti aplikasi e-commerce dan metode pembayaran digital. Responden juga lebih memilih untuk membeli perlindungan penggantian biaya medis dan penggantian pendapatan melalui digital.

Studi Swiss Re Institute yang berjudul "Going Digital – Insights to Optimise Consumer Appetite for Online Insurance" melakukan survei terhadap 1.800 konsumen di India, Indonesia, dan Malaysia pada bulan Juni 2020 untuk memahami sikap mereka terhadap platform digital dan persepsi mereka dalam membeli asuransi secara online.

Survei ini juga menguji penerimaan mereka dalam memilih dan membeli enam produk asuransi jiwa dan kesehatan yang disesuaikan untuk platform digital. Kondisi ekonomi di ketiga negara Asia ini mewakili gabungan populasi lebih dari 1.5 miliar penduduk, dengan kelas menengah yang makin bergantung pada platform digital untuk membantu mereka dalam membuat keputusan.

Setidaknya sekali dalam tiga hingga enam bulan sebelum survei dilakukan. Platform digital ini mencakup aplikasi/situs web e-commerce, aplikasi pembayaran/dompet digital, aplikasi pelacak kesehatan, platform komuter terhubung, dan masih banyak lagi.

“Upaya-upaya kesehatan dan keselamatan yang dimaksudkan untuk menanggulangi penyebaran COVID-19, kini telah mendorong perubahan paradigma yang jelas menuju digitalisasi pada era pasca-virus," ujar Jolene Loh, Head Client Markets, Life & Health Asia Tenggara, Swiss Re dalam siaran resmi yang diterima kontan.co.id, Kamis (4/2).

Jolone mengatakan, dengan semakin banyaknya platform digital yang memperluas jangkauan bisnis ke layanan keuangan, perusahaan asuransi harus menyesuaikan model bisnis mereka agar lebih relevan dan responsif terhadap kebutuhan nasabah.

Baca Juga: Produk unitlink jenis saham diprediksi mencetak return paling tinggi pada 2021

Hasil survei menunjukkan bahwa platform digital memiliki tingkat penetrasi yang tinggi di Indonesia, dan lebih dari 90% responden menggunakan saluran ini setidaknya sekali dalam tiga bulan sebelum survei dilakukan.

Di antara mereka yang menggunakan platform ini, aplikasi pembayaran digital seperti ShopeePay adalah yang paling populer di Indonesia yang mana digunakan oleh 74% responden setidaknya sekali seminggu; diikuti oleh aplikasi atau situs web e-commerce (61%), platform komuter terhubung (59%), dan aplikasi pelacak kesehatan (55%). Dompet digital dan e-commerce paling diminati untuk distribusi asuransi online.

Ada pula tren yang berkembang dalam mencari informasi dan membeli asuransi secara online. Jalur tradisional, seperti agen, pialang, atau referral, masih menjadi saluran utama pencarian informasi terkait asuransi di Indonesia. Namun, 76% responden di Indonesia menyatakan minatnya dalam menggunakan saluran online untuk membeli asuransi.

Di antara berbagai jenis platform digital, konsumen Indonesia menunjukkan preferensi yang lebih kuat untuk membeli asuransi melalui dompet digital dan platform e-commerce. Preferensi ini terlihat dari frekuensi penggunaan dompet digital yang tinggi, diikuti oleh situs web atau aplikasi perbankan dan asuransi, serta platform e-commerce.

Ketika responden ditanyai mengenai alasan mereka ingin membeli asuransi secara digital, maka aplikasi dan tarif premi terbaik merupakan alasan utama di ketiga pasar (India, Indonesia, Malaysia). Namun, responden juga mengungkapkan berbagai kekhawatiran ketika membeli asuransi secara online. Setengah dari responden Indonesia merasa tidak yakin akan mendapatkan dukungan yang memadai, terutama ketika mereka membutuhkan bantuan, sementara 40% responden masih memilih untuk mendapatkan penjelasan tentang ketentuan asuransi dari agen.

“Hasil survei kami menunjukkan bahwa meskipun asuransi digital makin populer, dukungan offline masih diperlukan karena kebutuhan akan panduan dan bantuan. Penting bagi perusahaan asuransi untuk menerapkan pendekatan multi-channel untuk melengkapi perjalanan pelanggan online dengan bantuan pribadi untuk mengatasi masalah konsumen.” kata Jolene.




TERBARU

[X]
×