Reporter: Aldehead Marinda | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. PT Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jawa Timur Tbk (BJTM) hingga kini masih berproses untuk dapat menguasai market share mereka sebagai bagian dari Bank Pembangunan Daerah (BPD).
BJTM menyebut tantangan utama bagi BPD untuk menguasai market share yang ada utamanya adalah untuk menguasai pasar di kota besar daerah operasional masing-masing.
Direktur Keuangan ,Treasury dan Global Services, Edi Masrianto mengatakan mereka masih dalam proses menuju penguasaan market share mengingat untuk angka kompetisi utamanya terutama di kota besar itu cukup sengit.
Baca Juga: Sejarah Baru Bank Banten (BEKS), Untung Setelah Satu Dekade Merugi, Kini Menanti KUB
“Di kota besar (Surabaya, Malang, Kediri, dan Gresik) dengan bank kompetitor (bank umum) cukup tinggi, dimana kota-kota tersebut menjadi kontributor utama dalam indicator utama kinerja bank,” ujar Edi kepada Kontan, Jumat (3/5).
Menurut Edi, jika bicara soal kemampuan BJTM meraih market share mereka itu sudah dominan untuk daerah kota-kota kecil. Namun untuk beberapa kota besar, masih cenderung tinggi persaingannya dengan bank berskala nasional lain.
Lebih lanjut dirinya menjelaskan bahwa per Desember 2023, pangsa pasar Dana Pihak Ketiga (DPK) BJTM jika dibandingkan dengan jumlah DPK di Jawa Timur baru mencapai sebesar 11%.
Soal kinerja, BJTM mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 18,76% secara tahunan atau naik sebesar Rp 56,99 triliun per Kuartal I-2024 ini. Di sisi lain penyaluran kredit BJTM hingga saat ini masih didominasi kuat kredit di segmen konsumer.
Baca Juga: Bank Jatim Menjaring CASA Lewat Ekspansi Bisnis Remitansi
Edi menambahkan bahwa per Maret 2024 kredit korporasi tumbuh 18,76% secara tahunan atau setara Rp 56,99 triliun. Serta pertumbuhan aset korporasi di periode yang sama mencapai 4,37% atau setara Rp 100,84 triliun.
“Kredit tumbuh di angka 18,76% secara tahunan, dalam rupiah setara dengan Rp 56,997 triliun. Begitu juga dengan total Asset yang tumbuh di angka 4,37% secara tahunan atau setara Rp 100,842 triliun” ujar Edi kepada Kontan (3/5).