Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasca melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap ratusan karyawannya, LinkAja mengaku beban operasional perusahaan turun lebih dari 50%. Kendati demikian LinkAja masih menghadapi sejumlah hambatan saat ini.
CEO LinkAja Yogi Rizkian Bahar mengatakan, hal-hal yang dapat menjadi kendala dalam bisnis Fintech saat ini antara lain konsumen yang masih berfokus pada promosi, sehingga membuat biaya pemasaran membengkak dan menghambat profitablitas perusahaan.
Namun LinkAja tetap berusaha untuk bangkit dengan fokuskan pada user yang lebih sehat dan loyal, dimana mereka tidak bergantung pada promosi atau cash-back.
Selain itu, LinkAja juga fokus pada bisnis model dua sisi (two-sided business model) B2B2C, tidak hanya menghadirkan layanan solusi finansial bagi konsumen Indonesia, namun juga menyediakan solusi finansial end-to-end bagi para pelaku rantai pasok (supply chain) baik digital maupun tradisional, terutama yang berada di dalam ekosistem BUMN.
Baca Juga: Kartu Debit Masih Jadi Pilihan Pembayaran
Perusahaan mengaku segmen bisnisnya tidak hanya mempermudah transaksi di tataran penjual ritel dan pembeli, LinkAja juga mampu mendigitalisasi transaksi dari pihak agen, distributor, hingga tingkat principal (produsen).
“Dengan model bisnis tersebut, kami berharap adanya interkonektivitas dari sisi user dan merchant yang dapat menciptakan nilai positif – tidak hanya dari bisnis kami – tapi juga dari semua pihak yang terlibat dalam rantai pasok tersebut. Dari sisi matrik, kami telah melihat adanya dampak positif yang dihasilkan dari pivot model bisnis yang telah kami lakukan sejak awal tahun,” kata Yogi.
Semenjak memperbaiki kinerja bisnis hingga operasionalnya, perusahaan mengaku adanya perbaikan pada matriks pengguna, dimana Average Revenue per User (ARPU) meningkat lebih dari 120% yang diiringi dengan penurunan Cost to Revenue (CTR) sebesar hamper 80%, dan penurunan biaya operasional bulanan sebesar lebih dari 50%, dengan peningkatan pendapatan bulanan mencapai lebih dari 50% jika dibandingkan dengan tahun lalu.
“Dengan demikian, dapat kami sampaikan bahwa model bisnis ini mampu membawa LinkAja ke profitabilitas dengan fundamental yang lebih kuat dan berkelanjutan.,” kata Yogi.
Baca Juga: Waspada! Kredit Macet Fintech Makin Membayangi
Di era teknologi saat ini Yogi mengatakan layanan teknologi finansial (fintech) menjadi hal yang dapat membantu meningkatkan inklusi keuangan bagi masyarakat, khususnya yang belum tersentuh layanan perbankan.
Meskipun demikian, dalam laporan Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH), disebutkan 82% responden menilai tantangan terbesar berupa kurangnya literasi teknologi di antara masyarakat Indonesia.
Sebanyak 79% repsonden menilai layanan fintech masih terhambat oleh kurangnya akses internet. Kemudian, 68% responden menilai kurangnya infrastruktur yang mapan juga menjadi tantangan dalam mendorong layanan fintech.
Baca Juga: Ini Faktor Pendorong Bisnis Dompet Digital Semakin Melesat
Hingga Oktober 2022 lebih dari 87 juta pengguna terdaftar di platform LinkAja. Perusahaan berusaha untuk terus menerus meningkatkan kinerjanya agar terus adaptif dalam menghadapi berbagai dinamika yang terjadi dalam industri Fintech.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News