Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Yudho Winarto
"Namun, kami menyadari eksposur Bank yang substansial pada sektor yang terdampak wabah COVID-19 seperti hotel dan restoran, industri, jasa bisnis, konstruksi, transportasi, real estate, dan perdagangan, yang memiliki kontribusi diatas 60% dari total portofolio pembiayaan Perusahaan pada akhir Desember 2020. Pelanggaran pembiayaan di sektor-sektor ini dapat menambah tekanan pada kualitas aset Bank secara keseluruhan. Pefindo akan terus memonitor dampak pandemi terhadap kinerja Bank Syariah Indonesia dan profil kredit secara keseluruhan," sambungnya.
Baca Juga: Menteri BUMN Erick: BRIS akan segera penuhi ketentuan free float bursa
Sebagai informasi, Bank Syariah Indonesia dibentuk berdasarkan penggabungan usaha antara PT Bank BRIsyariah Tbk, PT Bank BNI Syariah dan PT Bank Syariah Mandiri.
Pada tanggal 1 Februari 2021, pemegang saham Bank Syariah Indonesia adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (50,95%), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (24,91%) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (17,29%), DPLK BRI Saham Syariah (1,83%), PT BNI Life Insurance (0,01%), PT Mandiri Sekuritas (0,00%) dan publik (5,01%).
Bank Syariah Indonesia menjalankan bisnisnya didukung oleh sekitar 20,000 karyawan, lebih dari 1,200 kantor dan sekitar 1,800 ATM di seluruh Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News