Reporter: Mona Tobing | Editor: Dessy Rosalina
JAKARTA. Harga komoditas yang lesu kian menekan rapor pembiayaan alat berat. Dalam tempo dua bulan terakhir, kinerja pembiayaan alat berat terus menurun. Kondisi ini memicu perusahaan pembiayaan mengalihkan fokus ke sektor konsumsi.
Tengok saja, statistik ekonomi keuangan Bank Indonesia (SEKI BI) mencatat, total penyaluran pembiayaan hingga Mei mencapai Rp 315,71 triliun atau tumbuh 11% dari sebelumnya Rp 282,82 triliun di Mei 2012. Pertumbuhan pembiayaan disokong pembiayaan konsumsi yang terus meningkat.
Sementara itu, di periode yang sama, secara berturut-turut, pada April dan Mei, kinerja pembiayaan alat berat menurun sebanyak 3% menjadi masing-masing Rp 104,2 triliun dan Rp 104,7 triliun. Padahal, pembiayaan alat berat mencapai Rp 108,84 triliun di Maret.
Assistant Vipe President PT BFI Finance,Yoga Aryanto mengatakan, penjualan alat berat baru dan bekas terus mengalami penurunan sejak awal tahun. Menurutnya, ini imbas dari harga komoditas di pasar global yang terus melorot. "Kebutuhan akan alat berat ikut turun karena harga komoditas di pasar juga belum membaik," ujar Yoga pada Senin (8/7).
Atas dasar itulah, BFI Finance kini mulai mengalihkan fokus pasar. BFI Finance kini mulai fokus menggenjot pembiayaan sektor alat mesin. BFI Finance menggarap pendanaan sektor alat mesin seperti mesin cetak, mesin bubur kertas dan mesin elektronik.
Hingga Juni, penyaluran pembiayaan pada sektor alat mesin telah mencapai 50% dari target akhir tahun yang sebesar Rp 1,2 triliun. Sekretaris Perusahaan PT Buana Finance, Sudiono Pudjo menyatakan, kondisi pasar alat berat yang lesu menyulitkan pembiayaan untuk tetap fokus di sektor tersebut. "Namun, tetap ada peluang. Karena itu kami mengutamakan nasabah eksisting demi mengerek pembiayaan," ujar Sudiono.
Buana kini juga tertarik menggenjot pembiayaan konsumsi. Menurut Sudiono, tren pembiayaan konsumsi yang terus menanjak sejak awal tahun menjadi potensi cerah. Yoga menilai, karakteristik pembiayaan konsumsi lebih tahan banting terhadap kondisi makro. Misalnya, permintaan kendaraan bermotor tetap kuat. Mengutip SEKI, rata-rata pertumbuhan pembiayaan konsumsi per bulan sekitar 1,5%. Pada Mei, pembiayaan konsumsi mencapai Rp 205,47 triliun atau naik 2%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News