kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pembiayaan multiguna oleh multifinance masih lesu


Senin, 03 Mei 2021 / 19:44 WIB
Pembiayaan multiguna oleh multifinance masih lesu
ILUSTRASI. Nasabah melakukan pembayaran cicilan kendaraan di kantor cabang Mandiri Utama Finance?di Tangerang Selatan, Senin (6/1).


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja industri multifinance belum sepenuhnya pulih. Hal ini seiring penurunan pembiayaan multiguna pada tiga bulan pertama tahun 2021. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pembiayaan multiguna yang menyumbang nilai piutang terbesar untuk industri masih turun 0,43% (mtm) pada Maret 2021 menjadi Rp 216,77 triliun.

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno menyebut, penurunan Kredit multiguna sudah berlangsung sejak tahun 2020 dibandingkan dengan tahun 2019. Dikarenakan kredit multiguna di dominasi oleh pembiayaan mobil dan motor hingga 70%.

"Seperti kita ketahui pada tahun 2020 lalu kegiatan masyarakat dibatasi karena adanya pandemi, sehingga mobilitas orang semua dibatasi akhirnya tentu menyebabkan penjualan mobil turun motor turun juga di tahun 2020 disertai dengan banyaknya orang yang bekerja dari rumah banyak bisnis turun banyak juga orang yang dirumahkan pendapatan orang akhirnya turun apa yang terjadi, daya beli turun itu penyebab-penyebab yang terjadi kenapa penjualan mobil dan motor turun sangat signifikan di tahun 2020," jelas Suwandi kepada kontan.co.id, Senin (3/5).

Baca Juga: Bank KB Bukopin merugi Rp 167,1 miliar pada kuartal I, ini penyebabnya

Selain itu, sambung Suwandi seperti diketahui, di tahun 2021 pemerintah berusaha membantu untuk menjual kendaraan mobil itu dengan stimulus PPnBM yang akhirnya menstimulus penjualan kendaraan supaya bisa naik. "Kalau itu naik pasti akan membuat industri pembiayaan bisa mendapatkan pertumbuhan," katanya.

Suwandi mengatakan, ke depan trennya tergantung daya beli masyarakat, juga tergantung bagaimana covid-19 ini bisa teratasi dan juga mungkin virus penyebarannya bisa semakin berkurang dan mobilitas orang semakin baik. Hal ini tentu diperlukan kesadaran semua masyarakat Indonesia. Menurutnya, itu semua yang menjadi faktor pendorong pembiayaan multiguna sampai akhir tahun ini.

"Di 2021 kelihatan banyak perbaikan karena harga batubara naik, nikel juga bergerak naik dengan seiring harga komoditas yang membaik di kuartal ketiga pasti akan mendongkrak pembiayaan. Itu kita masih bergantung pada pembiayaan motor mobil. Kalau sektor industri otomotifnya meningkat pasti kita akan jauh lebih baik. Maka dari itu kita juga memproyeksikan pertumbuhan 5% di tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu," ungkap Suwandi.

Suwandi menambahkan, strategi yang harus dilakukan multifinance dalam menjaga pembiayaan multiguna yaitu dengan, menggandeng perbankan dalam penyaluran kredit agar mereka yakin bahwa pembiayaan mobil dan motor ini akan tetap aman dan nasabahnya tetap berkualitas. Selain itu juga bekerjasama dengan dealer-dealer.

"Bagaimana cara meyakinkan nya kepada perbankan, OJK sekarang sudah punya yang namanya Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) ini sudah menjadi kewajiban seluruh pelaku usaha untuk wajib melaporkan pembiayaan baik atau tidak kalau debiturnya tidak bayar-bayar," kata Suwandi.

Baca Juga: Kinerja pembiayaan multifinance masih terkontraksi

Kendati demikian, sejumlah perusahaan multifinance masih optimis terhadap kinerja pembiayaan multiguna di tahun ini. Misalnya saja PT Mandiri Utama Finance (MUF) yang mengaku hingga April 2021 mencatatkan pertumbuhan sebesar 30%.

Direktur Utama MUF Stanley Setia Atmadja mengatakan bawah pertumbuhan ini disebabkan oleh kondisi perekonomian yang membaik. Oleh karena itu, ia menilai pertumbuhan tidak hanya terjadi pada pembiayaan multiguna tetapi juga dialami oleh pembiayaan lainnya.

"Khusus multiguna MUF masih belum terlalu besar dalam booking-an portofolio ini. Untuk mitigasi resiko MUF menggunakan credit scoring dengan parameter untuk ratio inc to loan, jenis pekerjaan kepemilikan rumah dan kepemilikan kendaraan bermotor," kata Stanley.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×