Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Dessy Rosalina
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian BUMN ingin BNI Syariah dan unit usaha syariah (UUS) BTN merger. Hal ini agar anak usaha BUMN mempunyai bisnis syariah yang kuat.
Gatot Trihargo, Deputi Kementerian BUMN bilang pemerintah ingin mempunyai bank syariah dengan permodalan yang kuat. "Kami ingin bank syariah milik BUMN minimal masuk kelompok BUKU III atau modal inti minimal Rp 5 triliun," kata Gatot, Senin (4/12).
Sebagai gambaran saat ini hanya ada satu bank syariah milik BUMN yang masuk kelompok BUKU III yaitu Bank Syariah Mandiri (BSM). Sedangkan BNI Syariah dan BRI Syariah masih kelompok BUKU II.
Untuk bisnis syariah milik BTN saat ini juga masih berstatus unit usaha syariah.
Jadi nanti setelah holding menurut Gatot pemerintah ingin hanya akan ada tiga bank syariah besar milik BUMN. Tiga bank syariah ini di antaranya BSM, BRI Syariah dan BNI Syariah.
Agar bank syariah milik BUMN mempunyai modal kuat pemerintah mempunyai beberapa strategi. Pertama adalah dengan melakukan merger antara BNI Syariah dan UUS BTN.
Hal ini karena kedua bisnis syariah BUMN tersebut memiliki kesamaan yaitu sama kuat di KPR. Diharapkan merger ini bisa mulai dibahas pada kuartal 1 2018 atau seiring pembentukan holding keuangan.
Selain itu untuk BRI Syariah, pemerintah ingin bank menambah modal dengan masuknya investor strategis. Sebelum investor strategis masuk kementerian ingin BRI Syariah melakukan IPO pada 2018.
Terkait siapa investor strategis yang dimaksud pemerintah untuk masuk ke BRI Syariah, Gatot belum mau merinci lebih jauh. Nantinya proses masuknya strategic partner ini akan terpisah dari IPO.
Proses IPO akan dilakukan terlebih dahulu baru strategic partner. Nantinya pemerintah membuka 10%-20% saham BRI Syariah kepada strategic partner.
Oni Febriarto, Direktur BTN bilang rencana merger antara BNI Syariah dan UUS BTN ini merupakan hal yang positif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News