kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Peminat unitlink melorot terus


Kamis, 29 November 2012 / 09:41 WIB
Peminat unitlink melorot terus
ILUSTRASI. Suasana Kota Lama Semarang, Selasa (15/09/20). Cuaca hari ini di Jawa dan Bali cerah hingga hujan sedang, menurut prakiraan BMKG. Tribun Jateng/Hermawan Handaka.


Reporter: Feri Kristianto |

JAKARTA. Daya pikat produk unitlink masih lemah. Dibandingkan dengan produk asuransi tradisonal, produk asuransi berbalut investasi itu semakin kalah pamor. Lihat saja, nasabah asuransi yang membeli produk unitlink hingga kuartal III 2012, masih lebih sedikit dibanding tahun lalu. Pendapatan premi baru unitlink semakin melorot.

Pelaku usaha beralasan, tak kunjung positifnya pertumbuhan premi baru unitlink karena pengaruh gejolak pasar modal sejak awal tahun 2011. Nasabah menghindari investasi berisiko dan memilih menempatkan uang mereka di investasi yang lebih aman. Walhasil, nasabah menghindari unitlink karena bersinggungan dengan pasar modal.

Padahal, akhir September lalu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertengger pada tingkat 4.262,56, naik 11,53% dibandingkan penutupan tahun 2011. Hal itu turut mengerek hasil investasi sejumlah unitlink.

Lihat saja produk besutan Allianz Life Indonesia Smartlink Rupiah Equity Fund sejak awal tahun hingga akhir September memberikan imbal hasil hingga 17,9%. Contoh lain adalah produk unitlink basis saham besutan Prudential Indonesia yaitu Prulink Rupiah Equity Fund memberikan return 9,86% dari awal tahun sampai akhir September.

Nini Sumohandoyo, Kepala Departemen Komunikasi AAJI, menjelaskan melemahnya unitlink lebih karena premi single berkurang. Premi jenis ini biasanya jumlahnya besar, sehingga sering mengerek kontribusi premi baru unitlink.

Akibat berkurang, alhasil imbasnya kinerja premi baru unitlink ikut buruk "Dalam kondisi pasar yang melemah, risiko yang dialami oleh single premium lebih tinggi," terangnya pada Rabu (28/11).

Untung saja, saat premi baru melemah, premi lanjutan unitlink tetap meningkat. Pada kuartal tiga, kontribusi premi lanjutan unitlink mencapai Rp 14,50 triliun, tumbuh 26,2% ketimbang periode sama tahun lalu Rp 11,49 triliun. Sedangkan premi lanjutan asuransi jiwa tradisional Rp 9,19 triliun, atau tumbuh 7,9%. Artinya, gabungan premi baru dan lanjutan unitlink masih mendominasi total premi industri asuransi jiwa.

Kembali bangkit

Albertus Wiroyo, Ketua Bidang Keanggotaan dan Humas AAJI, berujar unitlink sudah menunjukkan gejala perbaikan. Menyusutnya premi baru unitlink lebih kecil dibandingkan kuartal II 2012. "Makanya kami optimistis, unitlink bangkit pada akhir tahun," tandas Albertus.

Catatan saja, pamor unitlink melemah sejak akhir tahun 2011, hanya mendapatkan premi baru Rp 33,73 triliun, tumbuh 2,68% dari 2010. Lalu, kuartal I 2012, premi baru unitlink hanya Rp 7,8 triliun, berkurang 15,2% dan kuartal II turun 6,5%. Padahal, saat bersamaan premi baru di produk asuransi jiwa tradisional tumbuh pesat. Seperti pada kuartal II 2012, mampu tumbuh 48,6% dibanding periode sama tahun lalu.

Hendrisman Rahim, Ketua Umum AAJI, menambahkan bangkitnya unitlink karena membaiknya kinerja pasar modal. Walhasil, unitlink kembali menjadi salah satu pilihan menarik bagi masyarakat yang mencari kemudahan dalam proteksi dan investasi jangka panjang.

Selain itu, karena faktor siklus kerja keagenan. Kuartal akhir tahun biasanya agen bekerja keras mengerek perolehan premi. "Dengan kondisi pasar modal stabil seperti sekarang, masyarakat akan memilih unitlink," terang Hendrisman.

Tahun depan, Hendrisman semakin percaya diri, unitlink bisa tumbuh pesat. Asuransi jenis ini masih akan diminati oleh masyarakat Indonesia. Kebutuhan memiliki produk investasi sekaligus asuransi sehingga tidak repot menjadi dasar optimisme itu. "Kuncinya investasi, orang tak mau repot-repot punya banyak produk, cukup satu tapi simpel dan itu bisa dipenuhi unitlink," ujar Hendrisman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×