Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penjualan aset-aset hapus buku sejumlah perbankan meningkat signifikan sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini dibanding periode sama tahun lalu. Alhasil, pendapatan recovery aser menjadi salah satu penopang pertumbuhan pendapatan non bunga perbankan di kuartal III-2024.
Seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) telah mengantongi pendapatan dari recovery aset sebesar Rp 17,82 triliun pada semester kuartal III-2024, naik 63,4% secara tahunan (year on year/YoY) dari periode sama tahun lalu Rp 10,91 triliun.
Sejalan dengan itu, rasio NPL BRI terkendali di kisaran 2,90% per September 2024, dengan rasio loan at risk (LAR) yang membaik, dari 13,80% pada kuartal III-2023, menjadi 11,66% pada kuartal III-2024.
Baca Juga: Jelang Batas Pemenuhan Modal, Ini Update Terkait Konsolidasi BPR
Bank-bank besar lain juga membukukan pendapatan recovery dari penjualan aset yang meningkat.
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), semisal, mencatatkan pendapatan dari recovery aset sebesar Rp 3,99 triliun pada kuartal III-2024, naik 30,7% yoy dari kuartal III-2023 yang tercatat sebesar Rp 3,05 triliun.
Adapun rasio NPL Bank BNI terkendali di kisaran 2,0% per kuartal III-2024, dari 2,3% pada kuartal III-2023, dengan rasio loan at risk (LAR) yang membaik menjadi 11,8% pada kuartal III-2024 dari 14,4% di kuartal III-2023.
Lalu, PT Bank Mandiri Tbk mencatatkan pendapatan dari recovery aset sebesar Rp 4,99 triliun pada kuartal III-2024, turun dari kuartal III-2023 yang tercatat sebesar Rp 5,64 triliun.
Sementara rasio NPL Bank Mandiri terkendali di kisaran 1,13% per kuartal III-2024, dari 1,49% pada kuartal III-2023, dengan rasio loan at risk (LAR) yang membaik menjadi 42,7% pada kuartal III-2024 dari 45,9% di kuartal III-2023.
Baca Juga: Penerbitan SRBI Berkurang, Pertumbuhan Kredit Perbankan Bisa Makin Kencang
Sedangkan, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) mencatat recovery terhadap kredit yang telah dilakukan hapus buku sampai dengan triwulan III tahun 2024, mencapai lebih dari Rp 520 miliar atau sudah meningkat 19% secara yoy.
"Peningkatan recovery ini relatif hampir sama baik disegment kredit komersial maupun konsumer," ungkap Direktur Asset Management BTN Elisabeth Novie Riswanti kepada kontan.co.id, Senin (18/11).
Untuk meningkatkan recovery kredit yang telah dihapus buku, Bank BTN melakukan beberapa skema penjualan, baik melalui Lelang hak tanggungan maupun skema penjualan kredit bermasalah lainnya.
Untuk meningkatkan jumlah penjualan, Bank BTN juga secara aktif melakukan investor gathering, kerjasama dengan pihak ketiga seperti balai lelang swasta, serta penggunaan channel digital Portal Rumah Murah Bank BTN.
Elisabeth menjelaskan, penggunaan portal ini diharapkan lebih banyak masyarakat yang bisa mengakses agunan siap jual Bank BTN. Disamping itu, pada triwulan ke-4 tahun 2024 juga direncanakan akan dilakukan Bulksales.
Ia menyebut, peningkatan penjualan kredit bermasalah sampai bulan September 2024 juga berdampak pada perbaikan rasio NPL Gross. Rasio NPL Gross BTN per September 2024 lebih baik 30 bps jika dibandingkan periode yang sama tahun 2023.
"Bank juga memproyeksikan sampai akhir tahun 2024 rasio NPL bisa ditekan sampai dibawah 3% sesuai dengan target Bank," imbuhnya.
Sementara itu, Direktur Keuangan Bank Raya Rustarti Suri Pertiwi menyampaikan, sampai saat ini tren pendapatan recovery Bank Raya terus bertumbuh positif. Sesuai dengan rencana bisnis Bank Raya, sampai dengan akhir September 2024, pendapatan recovery Bank Raya mencapai Rp 349 miliar atau tumbuh 91% yoy.
"Hal-hal yang mendorong pertumbuhan recovery income diantaranya adalah, Bank Raya terus menjalin komunikasi aktif, baik serta negosiasi dengan debitur untuk mendorong percepatan penyelesaian damai," kata wanita yang akrab disapa Tiwi ini.
Baca Juga: Jika Penerbitan SRBI Berkurang, Bankir Buka Peluang Turunkan Bunga Kredit
Selain itu, kerjasama yang semakin baik antara Bank Raya dengan KPKNL dalam melakukan lelang, sehingga persentase keberhasilan lelang semakin membaik, dan publikasi informasi lelang Bank Raya yang semakin baik dan mudah diakses oleh Masyarakat sehingga bisa meningkatkan potensi penambahan pendapatan recovery.
Tiwi menerangkan, penjualan asset dilakukan dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku, dengan mayoritas berasal dari segmen menengah, dan sampai dengan saat ini skema penyelesaian damai dan skema lelang disebut mendominasi pencapaian recovery.
"Hingga akhir tahun Bank Raya memproyeksikan bahwa angka recovery write off masih terus bertumbuh. Namun demikian, hal yang menjadi fokus utama Bank Raya adalah untuk tetap melakukan ekspansi kredit dengan hati-hati, sehingga kualitas kredit akan terus terjaga," ujarnya.
Selanjutnya: Rekomendasi Saham Adaro (ADRO) di Tengah IPO AADI dan Dividen Rp 41,67 Triliun
Menarik Dibaca: Cuaca Jakarta Diperkirakan Berawan, Besok (19/11)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News