Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pendapatan berbasis komisi (fee based income) menjadi salah satu sumber alternatif perbankan dalam meraup kinerja laba yang moncer di tengah tren kenaikan suku bunga. Jika dilihat dari laporan keuangan bank jumbo, transaksi digital berkontribusi paling tinggi terhadap pendapatan komisi perseroan.
PT Bank Central Asia (BCA) misalnya, di sepanjang kuartal I 2024 mencatatkan pendapatan selain bunga sebesar Rp 6,4 triliun, tumbuh 6,8% secara tahunan atau year on year (YoY), ditopang oleh pendapatan fee dan komisi BCA yang tumbuh 8,6% YoY mencapai Rp 4,32 triliun.
Jika dilihat dari laporan keuangan perseroan, CASA dan transaksi berkontribusi 73% terhadap pendapatan fee dan komisi BCA atau mencapai Rp 3,16 triliun pada kuartal I-2024. Capaian tersebut meningkat 13,64% dari capaian di periode sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 2,78 triliun.
Peningkatan ini tidak lepas dari total volume transaksi BCA yang terus bertumbuh secara konsisten, mencapai 8,3 miliar treansaksi sepanjang kuartal I 2024, atau naik 20,8% YoY. Khusus di kanal digital, volume transaksi mobile banking dan internet banking BCA mencapai 7,2 miliar transaksi, naik 23,5% YoY.
Baca Juga: BSI Tunjuk Wisnu Sunandar Menjadi Corporate Secretary
EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan, pertumbuhan transaksi di kanal digital berkontribusi positif terhadap kenaikan pendapatan selain bunga BCA termasuk pendapatan fee dan komisi.
"Ke depan, BCA berkomitmen untuk terus memperkuat ekosistem finansial, penyempurnaan, dan modernisasi dari infrastruktur teknologi informasi yang dimiliki dalam mendukung keandalan dan keamanan berbagai layanan perbankan transaksi digital, sehingga diharapkan dapat menyediakan layanan berkualitas bagi nasabah dan meningkatkan volume transaksi digital perbankan," ungkap Hera kepada kontan.co.id, Kamis (2/5).
PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) juga mencatat pertumbuhan pada fee based income sebesar 6,92% YoY mencapai Rp 5,43 triliun pada kuartal I-2024. E-channel terlihat berkontribusi sebesar 39% terhadap pertumbuhan FBI BRI atau mencapai Rp 2,04 triliun.
Wakil Direktur Utama BRI, Catur Budi Harto mengatakan, capaian tersebut menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan laba BRI di kuartal I-2024.
Dia merinci, salah satu penopang kinerja fee based income BRI tersebut tidak terlepas dari kontribusi superapps BRImo. Di mana hingga akhir Maret 2024, tercatat BRImo BRI memiliki 33,5 juta user, atau tumbuh sebesar 30,3% YoY.
"Dalam tiga bulan, BRImo berhasil memproses 969 juta transaksi finansial, dengan volume transaksi mencapai Rp 1.251 triliun atau tumbuh 41,8% secara year-on-year," ujarnya.
Selain itu, Catur juga mengakui bahwa keberadaan agen BRILink turut berkontribusi besar terhadap kinerja fee based income BRI. Tercatat, sepanjang Januari sampai Maret 2024, agen-agen BRILink tersebut berhasil mencatatkan 285 juta transaksi finansial, dengan volume transaksi finansial mencapai Rp 370 triliun. Dimana, dari transaksi tersebut berhasil disumbangkan ke fee based income bagi BRI senilai Rp 395 miliar.
Sementara PT Bank Mandiri mencatatkan pertumbuhan pada fee based income sebesar 6,92% YoY pada kuartal I-2024. Fee dari e-channel berkontribusi sebesar 19,5% terhadap pertumbuhan FBI Bank Mandiri.
Baca Juga: Pasca Paparan Kinerja, Saham-Saham Bank Big Caps Kompak Turun
Jika dilihat dari laporan keuangannya, nilai transaksi digital bank Mandiri mencapai Rp 5.694 triliun. Nilai transaksi ini berasal dari dua layanan digital yakni Livin’ by Mandiri dan Kopra by Mandiri.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan, kontribusi dari super app Livin' dan platform Kopra yang merupakan e-channel dari Bank Mandiri kian dirasakan oleh perseroan. Keduanya turut menopang pertumbuhan kinerja keuangan sepanjang tiga bulan pertama 2024 ini.
Ia merinci, Livin’ by Mandiri telah mampu mengelola 846 juta transaksi pada kuartal I-2024 atau meningkat 41,7% secara YoY dengan jumlah pengguna mencapai 24,4 juta, melesat 40% secara YoY.