Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan mengincar sumber pendanaan alternatif selain Dana Pihak Ketiga (DPK). Salah satunya, lewat penerbitan surat utang.
Sepanjang 2023, penerbitan surat utang perbankan sejatinya tercatat mengalami penurunan. Nilainya hanya sekitar Rp 13,14 triliun atau turun 9,63% secara tahunan (YoY).
Secara rinci, bank pelat merah tetap mendominasi penerbitan surat utang dengan nilai mencapai Rp 12,44 triliun. Sisanya senilai Rp 700 miliar berasal dari bank swasta.
Analis Divisi Pemeringkatan Jasa Keuangan Pefindo, Danan Dito mengatakan, kondisi tersebut akan sedikit berubah di tahun ini. Sebab, bank membutuhkan pendanaan untuk ekspansi kredit.
Menurutnya, hal tersebut sudah tercermin dalam mandat yang diterima Pefindo per 31 Januari 2024 untuk penerbitan surat utang. Berdasarkan catatannya, ada dua bank yang bakal menerbitkan surat utang dengan nilai mencapai Rp 5,5 triliun.
“Apalagi setelah pemilu harapannya dunia usaha kembali bergerak sehingga kredit juga semakin kencang,” ujar Dito, Selasa (13/2).
Baca Juga: Kredit Bermasalah Segmen Korporasi Perbankan Kian Landai
Lebih lanjut, Dito pun mengharapkan penerbitan surat utang perbankan selain ramai juga perlu seimbang. Artinya, baik bank BUMN maupun swasta sama-sama setara.
Direktur Keuangan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Nofry Rony Poetra mengatakan, pada rencana bisnis tahun ini, BTN akan menerbitkan surat utang. Maklum, likuiditas bank yang fokus pada kredit properti ini memang tampak mengetat.
Hal tersebut tercermin dalam indikator Loan to Deposit Ratio (LDR) BTN yang per Desember 2023 di level 95,4%. Tahun sebelumnya, LDR BTN ada di level 92,7%.
Namun, Nofry bilang realisasi penerbitan surat utang tersebut akan bersifat dinamis. BTN akan memperhatikan pergerakan penurunan tingkat bunga acuan Bank Indonesia.
“Dilihat seberapa besar penurunan ratenya,” ujar Nofry.
Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk Darmawan Junaidi menyebut, saat ini Bank Mandiri masih memiliki ruang untuk penerbitan surat utang apabila dibutuhkan. Ini sebagai upaya Bank Mandiri memperoleh pendanaan yang stabil.
Namun, ia melihat, likuiditas Bank Mandiri masih terjaga baik dengan rasio LDR di level 86,75%. Bank berlogo pita emas ini menyikapi tantangan likuiditas dengan peningkatan efisiensi struktur pendanaan.
“Kami memastikan ketersediaan likuiditas yang memadai untuk mendukung pertumbuhan kredit,” ujarnya.
Baca Juga: Penyaluran Kredit Mikro Non Subsidi Perbankan Melaju Kencang
Sedikit berbeda, Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan memastikan bahwa pihaknya belum akan menerbitkan surat utang di tahun ini. Ini terlebih karena kondisi likuiditas yang masih kuat.
“LDR kita masih kuat di 85%,” ujar Lani.
CIMB NIaga tetap akan menjaga likuiditas tersebut di tahun ini. Strateginya pun tetap sama, antara lain operating account, payroll, cash management dan ekosistem digital.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News