Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengajuan aplikasi Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) mengalami peningkatan sejak Juni setelah kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mulai dilonggarkan. Sejalan dengan itu, sejumlah bank sudah mulai fokus untuk melakukan ekspansi setelah tiga bulan sebelumnya hanya berkonsentraksi melakukan restrukturisasi kredit.
Bank Mandiri misalnya mencatat kenaikan aplikasi KPR yang masuk lebih dua kali lipat pada bulan Juni dibandingkan bulan sebelumnya. Aplikasi mulai banyak masuk sejak pertengahan bulan Juni setelah restrukturisasi KPR bank ini hampir rampung.
Baca Juga: Dorong pemanfaatan transaksi digital, Bank Mandiri hadirkan kantor cabang modern
"Sejak Maret sampai pertengahan Juni kami fokus melakukan restrukturisasi. Pada pertengahan Juni, restrukturisasi itu sudah hampir rampung dengan nilai mencapai sekitar Rp 9 triliun dari total oustanding KPR Rp 44 triliun," jelas EVP Consumer Loan Bank Mandiri Ignatius Susatyo pada Kontan.co.id, Rabu (8/8).
Pada bulan Juni, aplikasi KPR yang masuk ke Bank Mandiri mencapai Rp 1,3 triliun. Namun, perseroan membutuhkan waktu sekitar satu bulanan untuk memproses itu hingga pencairan. Sehingga pencairan di bulan lalu masih Rp 300 miliar.
Pengajuan KPR yang masuk periode 1-7 Juli meningkat lebih satu setengah kali lipat dibandingkan periode yang sama bulan Juni. Satyo memperkirakan, perseroan sudah bisa melakukan pencairan kredit dari aplikasi yang masuk itu sebesar Rp 500 miliar.
Kenaikan itu praktis terjadi di semua segmen mulai dari rumah baru, rumah seken, maupun top up. Rata-rata ticket size KPR untuk rumah baru sekitar Rp 500 juta -Rp 600 juta.
Baca Juga: Jejak pembobol Rp 1,7 triliun BNI, ini detil kasus lengkap dan mereka yang terlibat
Satyo menjelaskan, kenaikan di secondary market terjadi karena harga rumah yang dipasarkan mengalami diskon besar-besaran. Harganya turun 15%-40% dibandingkan dengan iklan yang ditawarkan pada tahun lalu.
Kondisi tersebut, kata Satyo, membuat orang-orang yang masih punya cash memanfaatkan kondisi ini untuk membeli rumah terutama bagi orang-orang yang ingin mengupgrade tempat tinggalnya menjadi lebih besar.
Sementara untuk primery market meningkat pada pengembang yang memiliki rumah-rumah ready stock.
Baca Juga: Konsep Bersatunya Bank BUMN Syariah
Dengan naiknya permintaan itu, Satyo meyakini hingga akhir tahun perseroan bisa menutupi perlambatan yang terjadi di paruh pertama. Oleh karena itu, KPR Bank Mandiri diperkirakan masih bisa tumbuh tipis atau setidaknya stabil dengan tahun lalu.
Per Juni, oustanding KPR bank ini mencapai Rp 43 triliun, turun dari Rp 44,2 triliun pada akhir tahun lalu. "Semester I, run off lebih besar daripada pencairan baru," ujar Satyo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News