kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.476.000   8.000   0,54%
  • USD/IDR 15.855   57,00   0,36%
  • IDX 7.134   -26,98   -0,38%
  • KOMPAS100 1.094   -0,62   -0,06%
  • LQ45 868   -3,96   -0,45%
  • ISSI 217   0,66   0,31%
  • IDX30 444   -2,90   -0,65%
  • IDXHIDIV20 536   -4,36   -0,81%
  • IDX80 126   -0,06   -0,05%
  • IDXV30 134   -2,14   -1,58%
  • IDXQ30 148   -1,23   -0,83%

Pengguna Paylater Didominasi Gen Z, Bagaimana Kemampuan Bayarnya?


Rabu, 18 Januari 2023 / 21:30 WIB
Pengguna Paylater Didominasi Gen Z, Bagaimana Kemampuan Bayarnya?


Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengguna metode pembayaran buy now pay later (paylater) didominasi oleh Gen Z atau rentang usia 17 tahun hingga 25 tahun. Penetrasi yang tinggi di kalangan pemuda ini harus dibarengi juga dengan kemampuan bayar.

Chief Marketing Office Maucash Indra Suryawan mengatakan, saat ini market untuk paylater sangat luas. Usia 17 tahun yang sudah memiliki KTP hingga usia 25 tahun menjadi target konsumen peer-to-peer secara umum untuk penetrasi paylater.

"Asal ada KTP, selagi masih mahasiswa dan belum memiliki pekerjaan pun bisa menggunakan paylater," kata Indra saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (18/1).

Padahal, jika dibandingkan 10 tahun lalu. Seorang yang memiliki kartu kredit umumnya berusia 20 tahunan dan sudah memiliki pekerjaan. Implikasinya pun berbeda.

Baca Juga: 7 Tahun Berdiri, Grup Modalku Salurkan Pendanaan Rp 41,2 triliun untuk UMKM

Indra menerangkan, ada implikasi yang berbeda, ketika usia 17 atau 18 tahun sudah memiliki paylater, biasanya adalah mahasiswa yang belum memiliki income tapi sudah memiliki kebutuhan.

Hal ini akan berdampak pada kemampuan untuk membayar utang di paylater. Dengan fenomena ini, salah satunya menjadi penyebab terjadinya pemburukan kualitas paylater sepanjang tahun 2022.

"Segmen yang luas, tidak dibarengi dengan kemampuan membayar," tutur Indra.

Ya memang ada faktor penyebab lain seperti kenaikan bahan bakar minyak (BBM), bahan baku, dan barang-barang juga mempengaruhi kualitas. Namun, Indra menyoroti pengguna yang masih muda dan belum memiliki pekerjaan sebagai penyebab utamanya.

Sementara itu, pengamat Ekonomi sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengutarakan, untuk paylater sebaiknya diberi batasan umur karena rendahnya literasi peminjam bisa berdampak jangka panjang.

"Misalnya, ada anak muda usia baru 17 tahun karena sudah punya KTP coba-coba apply paylater," kata Bhima saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (18/1).

Bhima menjelaskan, ketika kredit macet karena memang belum berpenghasilan dan mungkin tidak komunikasi dengan orang tua, imbasnya si remaja tadi akan masuk blacklist BI checking.

Baca Juga: Bisnis Buy Now Pay Later Terus Meningkat Pesat

Lebih lanjut, begitu di blacklist nanti mau pinjam KPR dan kendaraan bermotor atau kredit usaha akan otomatis ditolak bank.

Menurut Bhima, praktik paylater tanpa edukasi keuangan yang memadai juga berisiko tinggi sebabkan anak muda makin konsumtif.

"Jadi, OJK sebaiknya setting saja batasan umur atau syarat paylater sudah memiliki pekerjaan jadi tidak sembarangan coba coba dengan kemampuan bayar yang rendah," pungkas Bhima.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek)

[X]
×