Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk (BWS) telah memperkuat ketahanan fundamentalnya dalam menghadapi momentum pemulihan ekonomi. Di mana, bank milik grup keuangan asal Korea Selatan ini menjaga permodalan dan likuiditas hingga kuartal III/2025.
Berdasarkan laporan keuangan interim per 30 September 2025, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) BWS tercatat di 32,25%, sementara Common Equity Tier 1 (CET1) mencapai 31,09%. Artinya, ada ruang ekspansi yang luas tanpa meningkatkan profil risiko secara signifikan.
Dari sisi likuiditas, BWS juga memiliki likuiditas yang cukup ample berkat dukungan pendanaan dari induk usaha Woori Bank Korea. Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 2,8% menjadi Rp 32,42 triliun, naik dari Rp 31,54 triliun per September 2024.
Baca Juga: Intip Strategi Dapen BCA Tingkatkan Jumlah Peserta
Pertumbuhan DPK ditopang kenaikan deposito berjangka yang meningkat 11,1% menjadi Rp 24,37 triliun, sementara dana murah (CASA) tercatat Rp 8,05 triliun atau berkontribusi sekitar 25% dari total DPK.
Sementara itu, pendanaan dari pihak lain termasuk induk usaha mencapai Rp12,01 triliun. Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat di 142,22%, menurun dari 151,95% pada akhir 2024. Sementara itu, Liquidity Coverage Ratio (LCR) sebesar 108,57% dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) mencapai 167,16%.
Kinerja kuat ini tidak terlepas dari langkah strategis Bank dalam memperkuat struktur pendanaan dan menjaga efisiensi aset produktif.
Total aset BWS mencapai Rp 59,63 triliun atau meningkat dari Rp 58,73 triliun pada akhir 2024, dengan porsi pinjaman yang diberikan sebesar Rp 44,17 triliun dan penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain mencapai Rp 3,42 triliun. Struktur neraca ini menunjukkan strategi diversifikasi yang seimbang antara aset likuid dan portofolio kredit produktif.
Analis Phintraco Sekuritas Aditya Prayoga menilai kekuatan modal dan likuiditas BWS menjadi salah satu yang terbaik di kelas bank menengah.
“CAR di atas 30% dan NSFR jauh di atas ketentuan OJK menandakan BWS memiliki bantalan modal yang tebal untuk menghadapi ketidakpastian global. Ini memberi fleksibilitas besar untuk ekspansi kredit pada momentum pemulihan ekonomi 2026,” ujarnya dalam keterangannya, Senin (17/11/2025).
Baca Juga: Ini Tiga Besar Bank yang Paling Kencang Salurkan Kredit Program Perumahan
Selain itu, ia melihat BWS terus menjaga disiplin risiko dan efisiensi biaya. Meskipun rasio Cost to Income Ratio (CIR) meningkat menjadi 76,62%, langkah transformasi digital dan otomatisasi proses operasional mulai menunjukkan hasil dalam menekan biaya jangka panjang. Pendapatan non-bunga, terutama dari fee transaksi dan jasa perbankan, juga menjadi kontributor penting dalam menopang stabilitas kinerja operasional.
Laba dari transaksi spot dan derivatif mencapai Rp 51,2 miliar, sementara pendapatan komisi dan administrasi tercatat Rp 103,8 miliar.
Ia juga berpendapat BWS sudah mampu menjaga likuiditas di tengah perlambatan pertumbuhan industri merupakan cerminan strategi pendanaan yang konservatif namun efektif.
“BWS memanfaatkan posisi modalnya yang kuat untuk memperkuat basis dana murah dan menjaga keseimbangan loan-to-funding. Kombinasi prudensi dan efisiensi ini menjadi kunci menjaga profitabilitas tetap stabil di masa depan,” tandasnya.
Selanjutnya: Surya Toto (TOTO) Tebar Dividen Interim Rp 103,2 Miliar, Cek Jadwal Lengkapnya
Menarik Dibaca: Ramalan Keuangan Shio Tahun 2026, Siapa Paling Berpotensi Kaya?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













