kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penuhi aturan permodalan, bank kecil ramai-ramai gelar rights issue


Selasa, 09 Maret 2021 / 19:23 WIB
Penuhi aturan permodalan, bank kecil ramai-ramai gelar rights issue
ILUSTRASI. Pelayanan nasabah?Bank Bisnis Internasional di Bandung


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank kecil mulai berupaya melakukan pemenuhan ketentuan permodalan yang diamanatkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Konsolidasi perbankan tahun ini bakal semarak sejalan dengan aturan OJK yang mengharuskan bank umum memiliki modal inti minimum Rp 3 triliun pada akhir 2022. 

Berdasarkan penelusuran Kontan.co.id, ada sekitar 27 bank swasta nasional yang memiliki modal inti di bawah Rp 2 triliun. Itu berdasarkan laporan keuangan September 2020 dan ditambah dengan Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) I yang sudah memenuhi modal inti Rp 1 triliun akhir 2020. 

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan, regulator telah melakukan riset yang menunjukkan modal inti minimum Rp 3 triliun merupakan modal minimal yang diperlukan. Dengan modal segitu, maka bank bisa berupaya memperkuat ketahanannya dan mendukung ekspansi bisnis agar lebih kontributif. 

Baca Juga: Dikabarkan akan diakuisisi perusahaan unicorn, Bank Capital: Tunggu tanggal mainnya

OJK menilai bagi bank kecil yang tidak mampu memenuhi modal inti hingga Rp 3 triliun, maka regulator memberikan solusi melakukan merger dengan bank lain. Juga bisa memperkuat diri dengan berada di bawah payung bank besar sehingga terbentuk sinergi dengan bank besar melalui pemanfaatan sumber daya dari bank besar.

Untuk memenuhi aturan modal inti itu, beberapa bank telah mengajukan permohonan untuk menggelar Initial Public Offering (IPO). Tetapi OJK juga masih perlu menganalisis lebih dalam terkait visi yang ingin dikembangkan bank tersebut ke depan. 

Seperti PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) telah memenuhi modal inti Rp 1 triliun pada September 2020 lalu. Direktur Utama Bank Neo Commerce Tjandra Gunawan menyatakan sebenarnya terlepas dari peraturan OJK itu, Bank Neo Commerce juga memang melihat perlunya penambahan modal untuk pengembangan bisnis ke depan. 

Oleh sebab itu, kini BBYB tengah melakukannya proses penawaran umum terbatas (PUT) keempat atau rights issue pada Maret 2021. Selain itu, akan ada tambahan beberapa seri PUT lagi untuk mengejar kebutuhan modal BBYB sampai dengan Rp 2 triliun di tahun 2021 ini.

"Tahun depan, kami juga sudah memiliki capital plan yang mendukung strategi bisnis tahun depan, juga terkait pemenuhan tambahan modal inti menjadi Rp3 triliun,” papar Tjandra Selasa, (9/3). 

Baca Juga: Bidik status BUKU 3, ini strategi Bank IBK Indonesia (AGRS)

Asal tahu saja, pada 2020, Bank Neo Commerce bertransformasi menjadi bank digital, dimulai dengan pergantian nama bank dan juga dikukuhkannya Bank Neo Commerce menjadi bank Buku II oleh Otoritas Jasa keuangan (OJK).

Selanjutnya ada PT Bank Bisnis Indonesia Tbk (BBSI). Bank ini baru resmi masuk ke kelompok BUKU II akhir tahun lalu usai melakukan penambahan modal lewat rights issue. Dengan begitu modal intinya sudah mencapai Rp 1 triliun. 

Sementara untuk mengejar modal inti Rp 2 triliun pada akhir Desember mendatang, bank ini telah mempersiapkan diri untuk kembali melakukan rights issue. "Rencana rights issue akan dilakukan pada kuartal IV. Sampai saat ini belum ada investor strategis yang akan masuk," kata Paulus Tanujaya Sekretaris Perusahaan Bank Bisnis.

Hal serupa juga akan dilakukan PT Bank Ina Perdana Tbk (Bank Ina) dalam memenuhi kewajiban setoran modal sesuai ketentuan yang berlaku sampai akhir tahun ini akan menambah modal Rp 1 triliun dan tahun berikutnya menambah lagi Rp 1 triliun sehingga sampai akhir tahun 2023 modal inti sudah bisa tercapai Rp 3 triliun sesuai ketentuan.

"Dalam melakukan rencana penambahan modal, kami akan melakukan rights issue di semester ke dua tahun ini," ujar Direktur Utama PT Bank Ina Perdana Tbk (Bank Ina) Daniel Budirahayu.

Baca Juga: Rights issue dan private placement lebih ramai

PT Bank Fama International juga tengah mempersiapkan rencana penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO) untuk memenuhi aturan permodalan tersebut. Sekretaris Perusahaan Bank Fama Emil M Ismain mengatakan, pihaknya tengah melakukan penjajakan dengan berapa investor strategis untuk proses IPO itu.

"Sebetulnya kami berencana melakukan IPO akhir tahun lalu. Namun, ditunda lantaran waktu sudah tidak cukup untuk mengejar naik ke BUKU II dengan modal inti Rp 1 triliun. Untuk memenuhi itu, pemegang saham eksisting memilih melakukan suntikan modal," katanya.

Setali tiga uang, dalam memenuhi modal inti Rp 3 triliun pada 2023 Bank Capital (BACA) akan melakukannya proses penawaran umum terbatas (PUT) keempat atau rights issue paling lambat di triwulan IV-2021 "Tapi kalau sudah siap di September 2021 akan dilakukan," ujar Direktur Utama Bank Capital Wahyu Dwi Aji.

Pihaknya juga sudah memiliki berbagai strategi lain seperti, membangun berbagai kerjasama yang dapat memberikan kemudahan layanan dan berbagai pembiayaan ke sektor produktif yang saat ini belum optimal baik dengan perusahaan digital dan perusahaan retailer besar.

Sementara itu, modal inti bank Bank Sahabat Sampoerna saat berada di kisaran Rp 1,5 triliun, terdapat kebutuhan untuk mengadakan peningkatan modal inti sebesar lebih kurang Rp 500 pada tahun 2021 ini.

Baca Juga: Begini dampak terbitnya POJK 12/2020 bagi Bank Net Indonesia Syariah (BANK)

Henky Suryaputra, Direktur Keuangan Bank Sahabat Sampoerna mengatakan, pihaknya hingga saat ini masih terus melakukan evaluasi internal, menjalin komunikasi eksternal serta berkoordinasi baik dengan regulator mengenai opsi-opsi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan modal inti sesuai ketentuan yang ada.

Menurutnya, tentunya opsi manapun yang akan diambil perlu melindungi kepentingan berbagai pihak, termasuk masyarakat dan pemegang saham. Dalam berbagai opsi yang masih dijajaki ini, tidak tertutup kemungkinan untuk mengundang investor baru.

"Bank Sampoerna tentunya selalu berkomitmen untuk memenuhi segala ketentuan yang ada, tak terkecuali ketentuan yang memang mengharuskan bank untuk memiliki modal inti sekurangnya sebesar sebesar Rp 2 triliun di akhir tahun 2021," kata Henky.

Selanjutnya: CIMB Niaga (BNGA) pacu transaksi QRIS OCTO Mobile di tengah pandemi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×