kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,40   8,81   0.99%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penyaluran kredit minim, laba perbankan tahun 2019 anjlok


Kamis, 20 Februari 2020 / 19:09 WIB
Penyaluran kredit minim, laba perbankan tahun 2019 anjlok
ILUSTRASI. Paparan kinerja Bank Danamon 2019 di Menara Danamon, Jakarta, Rabu (19/2/2020)


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri perbankan nasional tahun lalu mendapat pukulan telak, minimnya penyaluran kredit berimbas kepada laba bersih yang dihimpun. 

Hingga November 2019, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pertumbuhan laba perbankan sebesar 6,9%. Padahal pada 2018, pertumbuhan laba masih bisa mencapai 14,3%.

Bila dirinci, cuma bank umum kegiatan usaha (BUKU) 4 yang berhasil mencatat pertumbuhan positif sebesar 10,8%. Adapun BUKU 1, dan BUKU 3 mencatat pertumbuhan negatif masing-masing -42,0%, dan -4,1%. Adapun BUKU 2 tercatat stagnan.

Baca Juga: Selain perlambatan kredit, Bank Mandiri perkirakan NPL naik 0,2%-0,3% akibat corona

Di kelas bank jumbo perolehan laba terbesar diraih oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) senilai Rp 34,4 triliun. Sayangnya nilai tersebut sejatinya juga belum tumbuh mumpuni cuma 6,1%. Bengkaknya rasio kredit bermasalah BRI dari 2,2% menjadi 2,8% jadi penyebab utama seretnya cuan yang diterima bank terbesar di tanah air ini.

“NPL 2,8% masih terkendali. Tahun ini kami juga sudah membuat pencadangan yang cukup, merencanakan retrukturisasi bagi debitur prospektif, atau melakukan penyelesaian. Tahun ini target pertumbuhan kredit dan DPK 10%-12%, sementara laba bisa tumbuh 10%-11%,” kata Direktur Utama BRI Sunarso usai RUPST, Selasa (18/2) di Jakarta.

Dari seluruh BUKU 4 yang sudah melaporkan kinerja tahunannya, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) tercatat mencatat pertumbuhan laba paling mumpuni sebesar 12,4% senilai Rp 3,9 triliun.

Presiden Direktur Bank CIMB Niaga Tigor M. Siahaan bilang laba CIMB Niaga utamanya ditopang pendapatan operasional terutama dari pendapatan non bunga yang tumbuh 11,6%. 

Maklum penyaluran kredit CIMB Niaga sejatinya tak kinclong, cuma tumbuh 3,1% senilai Rp 194,2 triliun.

“Pendapatan bunga bersih kami tumbuh 4,6%, dengan marjin bunga bersih meningkat 19 bps menjadi 5,31%. Sementara pendapatan operasional tumbuh 6,3%,” kata Tigor, Rabu (19/2).

BUKU 4 lainnya yaitu PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga mencetak pertumbuhan laba double digit. Sepanjang 2019 BCA mencatat laba bersih Rp 28,5 triliun, tumbuh 10,5% dari tahun 2018. 

Sejauh ini, pertumbuhan laba BUKU 4 paling mini dicatat oleh PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBN) sebesar 2,5% dengan nilai Rp 15,3 triliun. Pertumbuhan kredit bank berlogo angka 46 ini juga tercatat moderat sebesar 8,6% senilai Rp 588,2 triliun.

Baca Juga: Musim bagi-bagi dividen dimulai, ini kata analis

“Tahun ini kami proyeksikan laba bisa mencapai double digit dengan pertumbuhan kredit dan aset produktif lainnya dengan yield tinggi. Kami juga akan lebih selektif memilih debitur dan menekan biaya operasional guna merealisasikan target tersebut,” kata Wakil Direktur BNI Herry Sidharta kepada Kontan.co.id.

Sementara bank pelat merah lainnya yaitu PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencatat pertumbuhan laba yang cukup baik sebesar 9,9% senilai Rp 27,4 triliun.

Sedangkan dua anggota baru BUKU 4 yaitu PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN), dan PT Bank Panin Tbk (PNBN) nampaknya belum dapat mengoptimalkan statusnya sebagai BUKU 4.

Bank Danamon misalnya sepanjang tahun lalu mencatat laba Rp 4,0 triliun dengan pertumbuhan 3,8% dibandingkan akhir 2018 senilai Rp 3,9 triliun. Sayangnya pendorong utama laba perseroan tak berasal dari kinerja, melainkan dari penjualan 70% saham PT Asuransi Adira Dinamika Tbk kepada Zurich Insurance Company Ltd senilai Rp 3,9 triliun.

“Rp 3,9 triliun merupakan nilai transaksi, sementara keuntungan yang kami dapat tidak sebesar itu. PBV (price to book value) sekitar 4 kali,” kata Direktur Keuangan Bank Danamon Muljono Tjandra saat paparan kinerja, Rabu (19/2) di Jakarta.

Adapun Bank Panin dari laporan per Desember 2019 yang belum teraudit mencatat laba Rp 3,0 triliun dengan pertumbuhan 0,3%.

Di kelas BUKU 3, Sejumlah bank yang telah melaporkan kinerjanya mencatat kemerosotan laba yang tak tanggung-tanggung. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) anjlok 92,55% dengan laba senilai Rp209 miliar. Pada 2018 perseroan masih berhasil mencatat laba Rp 2,81 triliun.

Merosotnya laba bank elat merah ini disebabkan meningkatnya beban pencadangan guna mengimplementasikan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 71. Tahun lalu perseroan telah membentuk pencadangan Rp 6,14 triliun atau meningkat 85,0% dibandingkan 2018 lalu. Dengan pencadangan yang tinggi, BTN optimistis tahun ini bisa meraih laba Rp 3 triliun.

Hal serupa juga terjadi pada PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII) yang pertumbuhan labanya jatuh dalam) hingga 18,2%. Dari Rp 2,2 triliun pada 2018 menjadi Rp 1,8 triliun akhir tahun lalu. Pencadangan guna PSAK 71 juga jadi biang keladi laba Maybank merosot. Tahun lalu, secara total pencadangan persroan meningkat 35,9% menjadi Rp 1,8 triliun.

Baca Juga: Tahun 2019, Bank CIMB Niaga raih laba Rp 3,9 triliun

“Kami menjalankan strategi konservatif dalam pertumbuhan kredit secara selektif dan mengambil keputusan untuk menjalankan exit strategy terhadap beberapa kredit pada segmen korporasi dan komersial yang tidak sesuai dengan postur dan risk appetite bank,” tulis perseroan.  

Meski demikian, di kelas BUKU 3 masih ada yang berhasil raih cuan tinggi. PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) misalnya meraih pertumbuhan 11,4% senilai Rp 2,9 triliun. Adapula PT Bank Permata Tbk (BNLI) yang bakal diakuisisi Bangkok Bank mencatat laba Rp 1,5 triliun dengan pertumbuhan 66,5%.

Sementara bank cilik di kelas BUKU 2 meskipun secara industri tercatat stagnan beberapa telah mengakui adanya penurunan laba sepanjang tahun lalu. PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk (SDRA) misalnya menactat penurunan 5,2%.

“Laba kami tahun lalu memang turun menjadi Rp 509 miliar dibandingkan 2018 Rp 537 miliar. Namun tahun ini kami optimistis bisa meraih laba Rp 637 atau tumbuh sekitar 22%,” kata Direktur Kepatuhan Bank Woori I Made Mudiastra kepada KONTAN.

Adapula Direktur Keuangan PT Bank Sahabat Sampoerna Hengky Suryaputra yang mengaku perseroan juga mengalami penurunan laba hingga 70,9% menjadi Rp 25 miliar pada akhir tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×