Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyaluran kredit perbankan ke sektor pertambangan kian melesat. Ini sejalan dengan upaya pemerintah yang gencar menjalankan program hilirisasi di sektor tersebut.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), penyaluran kredit ke sektor pertambangan mencapai Rp 307,83 triliun per Maret 2024, meningkat 29,77% secara tahunan atau year on year dari periode sama tahun lalu sebesar Rp 237,22 triliun.
Risiko kredit pertambangan juga tetap terkendali dengan rasio Non Performing Loan (NPL) gross mencapai 2,81%, di bawah risiko kredit industri perbankan.
Baca Juga: Redam Inflasi, Pemerintah Sudah Kucurkan Anggaran Hingga Rp 52,56 Triliun
Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan, faktor pendorong peningkatan kredit pertambangan adalah kenaikan harga komoditas tambang.
"Kenaikan harga komoditas disebabkan geopolitik global yang semakin panas terutama dengan ancaman semakin meluasnya perang," kata Trioksa kepada kontan.co.id, Jumat (14/6).
Trioksa menyebut, tren sampai akhir tahun diproyeksi masih sama dimana perkiraan panasnya tensi geopolitik masih berlanjut yang akan berdampak pada peningkatan penyaluran kredit ke sektor pertambangan.
Walau demikian, menurut Trioksa, perbankan juga harus tetap selektif dalam memilih pembiayaan terutama ke sektor yang fluktuasi pergerakan harga komoditas sangat cepat terjadi perubahan.
Baca Juga: Persaingan Penghimpunan Dana Kian Ketat, Bank Digital Kerek Bunga Deposito
Di sisi lain, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menyatakan, penyaluran kredit ke sektor pertambangan akan sejalan dengan perkembangan harga komoditas yang dipengaruhi faktor-faktor fundamental seperti permintaan dan pasokan global.
EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan, pada prinsipnya BCA konsisten mendukung segala kebijakan pemerintah di berbagai sektor yang sesuai kaidah perbankan serta ketentuan hukum.
"Saat ini, BCA memiliki portofolio pembiayaan ke debitur yang bergerak pada kegiatan hilirisasi pertambangan, termasuk untuk mendukung ekosistem industri mobil listrik dan Energi Baru dan Terbarukan di Indonesia," ucapnya.
Adapun kredit korporasi BCA tercatat tumbuh 22,1% secara YoY menjadi Rp389,2 triliun per Maret 2024. Sektor jasa keuangan dan pertambangan non-migas merupakan kontributor terbesar terhadap pertumbuhan kredit korporasi perseroan.
Adapun penyaluran kredit ke sektor pertambangan porsinya kurang dari 1% dari total portofolio pembiayaan BCA.
Baca Juga: Respons Suku Bunga Tinggi, Bank Digital Mulai Kerek Bunga Deposito
"Dalam menyalurkan kredit, BCA selalu menerapkan prinsip kehati-hatian dengan manajemen risiko yang disiplin. Kami memastikan selalu berkoordinasi dan berkomunikasi dengan seluruh pemangku kepentingan, serta menerapkan tata kelola perusahaan yang baik," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News