Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kredit di segmen individu atau personal loan lesu di paruh pertama tahun ini. Suku bunga yang tinggi membuat sejumlah bank selektif dalam menyalurkan kredit baru agar kualitasnya tetap terjaga.
Berdasarkan data Bank Indonesia, kredit individu per Juni 2024 hanya tumbuh 6,4% menjadi Rp 3.386,9 triliun. Di Mei juga terlihat melambat dari April 2024 yang hanya tumbuh 6,5% padahal di April 2024 tumbuh 7,2%.
Adapun berdasarkan laporan Survei Konsumen Bank Indonesia, pada Juni 2024 rata-rata proporsi pendapatan konsumen untuk konsumsi (average propensity to consume ratio) mengalami peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu dari 73,0% menjadi sebesar 73,9%.
Sementara itu, proporsi pembayaran cicilan/utang (debt to income ratio) mengalami penurunan dari 10,3% menjadi sebesar 9,6%. Proporsi pendapatan konsumen yang disimpan (saving to income ratio) tercatat relatif stabil dibandingkan proporsi pada bulan sebelumnya, yaitu sebesar 16,5%.
PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR) alias OK Bank juga melihat penurunan pada kredit retail perseroan.
Baca Juga: Jurus Jaga Kredit Tumbuh Dobel Digit
Pada semester I-2024, retail loan OK Bank mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan akhir tahun 2023 sekitar 10%, dengan realisasi sekitar Rp 1 triliun dan outstanding sekarang sekitar Rp 900 miliar.
Hal ini disebut Direktur kepatuhan OK Bank Efdinal Alamsyah karena Bank lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit baru dengan memperketat syarat dan ketentuan kredit, baik dengan memperketat proses underwriting kredit.
"Selain itu Bank juga mengurangi kerjasama dengan pihak ketiga (P2P, loan aggregator, dan lain-lain) yang kinerjanya dianggap kurang baik. Penurunan kredit retail juga disebabkan adanya produk finansial alternatif untuk mendapatkan dana, misalnya paylater, P2P, juga dapat mempengaruhi permohonan pinjaman pribadi dari lembaga perbankan," ungkap Efdinal kepada Kontan.co.id, Rabu (7/8).
Sementara secara makro melambatnya pertumbuhan kredit retail disebut Efdinal disebabkan oleh kondisi ekonomi yang sedang mengalami perlambatan atau ada ketidakpastian ekonomi, sehingga orang mungkin lebih berhati-hati dalam meminjam uang. Selain itu suku bunga pinjaman yang lebih tinggi juga membuat orang enggan untuk meminjam uang.
OK Bank memperkirakan hal ini masih akan berlanjut sampai dengan akhir tahun 2024, sehingga pihaknya hanya menargetkan kenaikan kredit retail sebesar 1% apabila dibandingkan dengan outstanding pada akhir tahun 2023.
Dalam menggenjot kredit retail OK Bank melakukan promosi yang efektif termasuk iklan di media social, iklan digital, peningkatan akses dan kemudahan aplikasi melalui platform online yang user-friendly untuk proses aplikasi yang cepat dan mudah.
Selain itu, menyediakan layanan pelanggan yang responsif dan membantu dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dan merangsang lebih banyak orang untuk memanfaatkan pinjaman, bekerja sama dengan pihak ketiga atau platform e-commerce untuk menawarkan pinjaman pribadi sebagai opsi pembayaran atau tambahan untuk pembelian produk.
Di sisi lain Yuddy Renaldi, Direktur Utama bank bjb bilang, mengenai personal loan yang ada di bjb merupakan payroll loan pegawai dengan penghasilan tetap. Adapun, sampai dengan Juni 2024 ini pertumbuhannya tercatat mencapai 6,9% yoy.
Baca Juga: Bisnis Kartu Kredit Melaju Bersama Fitur Dana Tunai
"Pertumbuhannya masih inline dengan target kami di 6%-8% dan secara nilai berkontribusi besar terhadap total pertumbuhan kredit yang disalurkan, adapun porsinya saat ini adalah 60% terhadap total portofolio," jelasnya.
Di tahun 2024 ini bjb melihat permintaan nya masih cukup baik, bersamaan dengan tingkat keyakinan konsumen yang optimistis. Oleh karena itu, dalam menggenjot kredit personal loan bank bjb menerapkan strategi dengan menjaga service level yang baik, pelayanan cepat, ditambah proses yang mudah, dan kemudahan teknologi. Hal tersebut disebut Yuddy akan meningkatkan loyalitas debitur khususnya kredit konsumsi berbasis payroll.
Adapun, portofolio kredit konsumer PT Bank Central Asia (BCA) yang pada umumnya disalurkan untuk pinjaman perorangan juga meningkat 13,6% YoY menjadi Rp 210,2 triliun per Juni 2024, didorong penyaluran KPR yang tumbuh 10,8% YoY mencapai Rp 126,9 triliun serta pertumbuhan KKB sebesar 18,4% YoY menjadi Rp62,1 triliun.
Outstanding pinjaman konsumer lainnya tumbuh 20,2% YoY mencapai Rp17,8 triliun. Segmen pinjaman konsumer lainnya ini dikhususkan untuk pinjaman perorangan (personal loan), yang sebagian besar merupakan kartu kredit. Selain itu, terdapat pula Paylater BCA hingga payroll.
"BCA optimistis bisnis personal loan akan terus tumbuh ke depannya. BCA secara konsisten memberikan nilai tambah kepada nasabah kartu kredit dengan menghadirkan beragam promo menarik di berbagai segmen," ujar EVP Corporate Communication & Social Responsibility Hera F Haryn.
Di sisi lain, pihaknya berkomitmen menyalurkan kredit secara prudent, sekaligus mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dengan penerapan manajemen risiko disiplin.
Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menilai, lesunya pertumbuhan kredit di segmen individu karena kondisi saat ini dimana bunga masih tinggi, juga adanya ancaman resesi global dan bank juga harus menjaga likuiditas sehingga bank selektif dalam memberikan kredit membuat ekspansi kredit melambat.
"Tren akhir tahun bila melihat kondisi saat ini yang masih tidak pasti dan juga perkembangan geopolitik yang terus memanas membuat sampai akhir tahun masih tetap sama," katanya.
Bank disebut Trioksa harus selektif dalam memilih nasabah untuk diberikan pembiayaan agar kredit tetap berkualitas baik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News