Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatatkan laba bersih cukup tinggi sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini. Capaian tersebut jauh melampaui pertumbuhan pendapatannya.
Per September 2022, BCA membukukan laba bersih Rp 29 triliun atau tumbuh 24,8% secara tahunan (year on year/YoY). Sedangkan pendapatan operasional BCA hanya tumbuh 8,9% YoY menjadi Rp 62,7 triliun yang terdiri dari pendapatan bunga bersih Rp 46,07 triliun atau naik 9,3% YoY dan pendapatan non bunga Rp 16,6 triliun atau meningkat 7,8% YoY.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Handiman Soetoyo, menjelaskan, pertumbuhan pesat laba bersih BCA ini terutama ditopang oleh biaya provisi yang jauh lebih rendah.
"Beban provisi BCA kuartal III hanya Rp 191 miliar, turun dari Rp 909 miliar pada kuartal II dan Rp 2,8 triliun di kuartal I. Sehingga total biaya provisi sepanjang sembilan bulan tahun ini turun 48,8% YoY jadi Rp 3,9 triliun," jelas Handiman dalam risetnya dikutip Rabu (2/11).
Baca Juga: Lowongan Kerja Fresh Graduate di Bank BCA, Masih Banyak Posisi Dibuka
Namun, Handiman melihat cost of credit (CoC) BCA pada kuartal IV tahun ini akan mencapai 1%, naik dari 0,8% pada sembilan bulan pertama. Pasalnya, manajemen BCA telah mengindikasikan bahwa beban provisi akan naik dibandingkan kuartal III.
Adapun pertumbuhan pendapatan bunga BCA semakin meningkat dari kuartal ke kuartal. Pada kuartal III, perseroan mencatatkan pendapatan bunga tumbuh 6,8% dari kuartal sebelumnya. Sedangkan pada kuartal II tercatat naik 5% dari triwulan pertama.
Menurut Handiman, pertumbuhan pendapatan bunga terutama didorong dari penempatan dana bank pada Bank Indonesia (BI) dan obligasi pemerintah.
Selain itu juga dibantu oleh pertumbuhan kredit sebesar 12,6% secara tahunan dan meningkatnya imbal hasil kredit dalam dollar menjadi 3,6% pada kuartal III dari kuartal II yang hanya naik 3,1%.
Baca Juga: Asing Net Buy Rp 593 Miliar di Awal November, Saham-saham Ini Banyak Dikoleksi
Sementara itu, biaya dana (Cost of Fund/CoF) BCA tetap stabil. Alhasil Net Interest Margin (NIM) perseroan kuartal III naik jadi 5,4% dari 5% pada kuartal sebelumnya. Secara total, NIM BCA sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini mencapai 5,1%.
"BCA telah menaikkan panduan NIM tahun ini menjadi 5,2%-5,3%, dari sebelumnya 5,1%. Ini didorong proyeksi NIM yang akan naik lebih tinggi di kuartal IV menjadi 5,6%," tambah Handiman.
Mirae Asset menilai pertumbuhan kredit akan menjadi agenda utama untuk mendorong pertumbuhan kinerja BCA tahun depan mengingat loan to deposit rasio (LDR) perseroan masih rendah rendah yakni 63,3%.
Baca Juga: Pertumbuhan Bisnis Industri Bank Syariah Lebih Tinggi dibandingkan Bank Konvensional
"Hal ini sejalan dengan panduan bank untuk pertumbuhan kredit tumbuh 12% tahun 2023," katanya.
Dengan kenaikan suku bunga acuan BI sebesar 125 bps tahun ini, BBCA diperkirakan akan membukukan NIM yang lebih tinggi, terutama berasal dari imbal hasil yang lebih tinggi dari penempatan di BI dan obligasi pemerintah.
"Namun meskipun kami menyukai BBCA dengan hasil yang luar biasa dan fundamental yang kuat, kami mempertahankan rekomendasi Hold untuk saham BBCA dengan target harga Rp 9.000 karena potensi upside yang terbatas," pungkas Handiman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News