Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan kinerja industri perbankan syariah masih lebih tinggi dibandingkan bank umum konvensional.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan pertumbuhan pembiayaan bank syariah mencapai 19,0% secara tahunan pada September 2022.
Ia menyatakan nilai itu lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit perbankan yang hanya naik 11,0% secara tahunan di sembilan bulan pertama 2022. Maklum, pangsa pasar bank syariah masih terbilang kecil, jauh tertinggal dibandingkan bank konvensional.
PT Bank BCA Syariah misalnya, berhasil membukukan laba bersih Rp 75,73 miliar per September 2022. Nilai ini meningkat 49,66% secara tahunan dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 50,60 miliar.
Baca Juga: Tingkatkan Dana Murah, BSI Digitalisasi Pembukaan Rekening Tabungan Anak
Direktur BCA Syariah Pranata menyatakan ini ditopang oleh pertumbuhan aset 16% secara tahunan menjadi Rp 11,3 triliun. Lantaran pertumbuhan DPK sebesar 21% secara tahunan.
Sedangkan pembiayaan makin meningkat 26,3% secara tahunan menjadi Rp 7,4 triliun per September 2022. Pembiayaan masih banyak ditopang oleh sektor produktif dari segmen komersial.
“Kita lihat kebutuhan pembiayaan nasabah semakin meningkat untuk usaha, begitupun di sektor konsumer. Kita juga memanfaatkan penurunan biaya dana dan penurunan pencadangan yang tetap kami lakukan secara prudent,” paparnya kepada Kontan.co.id pekan lalu.
Penurunan biaya dana karena anak usaha PT Bank Central Asia Tbk ini mampu meningkatkan rasio dana murah sekitar dari 30% menjadi 42,6% September 2022. Ia optimistis bisnis di 2022 masih bisa tumbuh di atas rata-rata pertumbuhan industri.
“Meski ketidakpastian makroekonomi masih ada, BCA Syariah memiliki tiga strategi memperbaiki komposisi dana murah, meningkatkan biaya konsumer yang permintaannya tinggi, dan perkuat digitalisasi,” paparnya.
PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) mencatatkan pertumbuhan laba bersih 42% menjadi Rp 3,21 triliun pada September 2022. Berkat pembiayaan yang naik 22,35% menjadi Rp 199,82 triliun.
Kontribusi pembiayaan terbesar berasal dari bisnis mikro yang tumbuh 37,32%, disusul pembiayaan kartu yang meningkat 35,81% dan pembiayaan gadai naik 30,15%.
BSI berhasil memperbaiki kualitas aset tercermin dari non performing finance (NPF) Nett yang sangat terjaga yaitu hanya sebesar 0,59%. BSI membukukan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp 245,18 triliun, atau tumbuh 11,86% pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi masih optimis masih tumbuh saat tantangan ekonomi semakin meningkat di 2023. Oleh sebab itu, BSI akan memperbaiki postur DPK dengan meningkatkan rasio dana murah.
“Kedua strateginya dengan melakukan pembiayaan sangat selektif untuk memilih segmen yang kita percayai, ke segmen yang kualitas yang baik dan memiliki daya tahan yang teruji selama Covid-19,” ujarnya.
Selain itu, ia melihat perekonomian Indonesia masih beruntung karena memiliki permintaan kebutuhan domestik yang kuat. Sehingga, masih terdapat beberapa peluang di tengah tekanan ekonomi global.
Adapun Presiden Direktur Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan menyatakan pembiayaan unit usaha syariah (UUS) tumbuh 30% secara tahunan menjadi mencapai Rp 45,2 triliun per September 2022. Sedangkan DPK mencapai Rp34,6 triliun per 30 September 2022.
Ia menyatakan pertumbuhan ini akibat strategi bank yang menerapkan strategi sharia first sejak 2016 lalu. Sehingga laba UUS tumbuh hingga 20% di sembilan bulan pertama 2022.
Tak mau kalah, UUS milik PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk juga membukukan pertumbuhan laba bersih hingga 66% menjadi Rp 253,27 miliar hingga kuartal ketiga 2022. Lantaran pembiayaan yang naik 11% yoy menjadi Rp 30,35 triliun. Berkat dukungan pertumbuhan DPK hingga 11,2% secara tahunan menjadi Rp 31,05 triliun per September 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News