kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Perbankan masih percaya diri target kredit tercapai di tengah wabah virus corona


Rabu, 04 Maret 2020 / 16:00 WIB
Perbankan masih percaya diri target kredit tercapai di tengah wabah virus corona
ILUSTRASI. Ilustrasi kredit perbankan


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Merebaknya wabah virus corona (Covid-19) rupanya tak membuat perbankan pesimis. Sejumlah bank yang dihubungi Kontan.co.id menyatakan walau kondisi ekonomi di beberapa sektor mengalami perlambatan, perbankan tak merevisi pertumbuhan kredit di 2020.

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) misalnya, sejauh ini pihaknya belum mengubah target penyaluran kredit yakni di kisaran 10%-12%. Namun, Wakil Direktur Utama BNI Anggoro Eko Cahyo mengatakan, perusahaan masih melakukan pengkajian atau stress test untuk strategi penyaluran kredit, terutama ke sektor-sektor yang terdampak langsung atau tidak langsung dari efek Covid-19.

"Kami juga melakukan pengkajian kebijakan-kebijakan yang dirilis oleh pemerintah, Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)," terangnya kepada Kontan.co.id, Rabu (4/3).

Baca Juga: Sri Mulyani sesuaikan pemberian insentif dengan perkembangan wabah virus corona

Sejauh kacamata memandang, menurut BNI sektor yang sudah merasakan efek Covid-19 yakni manufaktur, pariwisata, komoditas, farmasi/kesehatan dan transportasi. "Sedangkan untuk kualitas kredit, menjadi strategi utama kami sejak tahun lalu dan masih berlanjut di tahun ini," sambungnya.

Adapun, dari sisi likuiditas, pihaknya tetap pada strategi mendorong dana murah dengan rasio CASA dipatok 65%. Pun, sejauh ini bisnis BNI masih berjalan positif dan tidak ada kendala dari sisi NPL maupun likuiditas. Misalnya saja, per Januari 2020 realisasi kredit BNI masih naik 11,11% secara year on year (yoy) menjadi Rp 521,36 triliun.

Serupa dengan BNI, PT Bank Mandiri Tbk pun tetap percaya diri kredit tahun 2020 bisa tumbuh di kisaran 8%-10%. Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rohan Hafas menambahkan, pertumbuhan kredit tersebut juga akan diikuti dengan rasio NPL yang dijaga pada kisaran 2,1%-2,3%.

"Bank Mandiri melakukan pemantauan intensif terhadap kondisi debitur khususnya yang bergerak di sektor usaha yang terdampak seperti sektor komoditas, pariwisata, transportasi udara," kata Rohan.

Sama seperti bank besar lain, bank bersandi bursa BMRI ini juga ikut melakukan mitigasi risiko melalui pelaksanaan stress test untuk mengukur dampak virus corona terhadap kemampuan bayar debitur.

Nah, di sisi lain Bank Mandiri memandang bilang dampak virus corona terjadi dalam jangka panjang, maka efeknya akan semakin luas dan lebih besar ke segmen UMKM akibat penurunan pertumbuhan ekonomi dan kemampuan beli nasabah.

Begitu pun dengan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN). Direktur Utama BTN Pahala N. Mansury yakin tahun ini kredit BTN bisa naik di kisaran 8%-10% dengan rasio NPL terjaga di level 3%-3,5%. Praktis tidak berubah dari rencana bisnis perusahaan di awal tahun 2020.

Pahala juga menilai, saat ini permintaan kredit masih tinggi apalagi dengan ditambahnya anggaran KPR subsidi oleh pemerintah. "Kami memang sedang fokus untuk benahi NPL lebih dulu, tapi tentunya ekspansi kredit tetap harus jalan," singkatnya.

Baca Juga: Ada ancaman corona, Pefindo Biro Kredit ingatkan penguatan mitigasi risiko

Rupanya, bukan cuma bank besar saja. Bank kecil seperti PT Bank Woori Saudara Tbk (BWS) pun tidak mengubah target kredit yakni 10% di tahun ini. I Made Mudiastra, Direktur BWS berpendapat, saat ini pemerintah dan regulator sudah memberikan stimulus dan upaya pencegahan virus corona. 

"Pelonggaran GWM valas mulai 16 Maret 2020 dari 8% menjadi 4% ini dipastikan akan meringankan beban likuiditas perbankan," tuturnya.

Hanya saja, tidak dapat dipungkiri kalau debitur perseroan khususnya eksportir yang bahan bakunya bersumber dari China dan Korea akan mengalami hambatan. "Umumnya nasabah pakai stok bahan baku yang tersedia sampai dua bulan," sambungnya.

Asal tahu saja, OJK dan BI sudah mengumumkan kebijakan berupa stimulus untuk menangkal perlambatan ekonomi. OJK lewat POJKnya mengatakan akan melakukan pelonggaran perlindungan kolektitivas. Lalu, BI pekan ini mengumumkan penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) valas dan rupiah. Cara-cara ini diharap dapat memenuhi kebutuhan likuiditas di pasar uang sekaligus mendorong pergerakan kredit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×