Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perang dagang antar Amerika Serikat (AS) dan China jadi tantangan perbankan dalam negeri dalam menyalurkan kredit ekspor impor. Maklum kedua negara itu merupakan negara tujuan ekspor utama Indonesia.
Kendati begitu, bank akan tetap menyiapkan strategi guna bisa memacu kredit di segmen ini. PT Bank Negara Indonesia Tbk misalnya memilih untuk semakin aktif melakukan pendampingan pada eksportir di Indonesia.
Baca Juga: Dompet elektronik asing menyerbu Tanah Air
Di samping itu, BNI juga akan semakin mengaktifkan kantor cabangnya di luar negeri seperti di Singapora, Hongkong, Tokyo, Seoul, London, New York melakukan pembiayaan trade finance ke perusahaan di luar negeri.
Dengan begitu, Direktur Tresudri dan Internasional BNI Rico Rizal Budidarmo menyakini, kredit ekspor impor perseroan masih akan tumbuh dengan baik. "Kami tetap menargetkan pertumbuhan 36,5% sampai akhir tahun," ujarnya pada Kontan.co.id, Rabu (21/8).
Hingga akhir Juli 2019, berkode saham BBNI (anggota indeks Kompas100) ini mencatatkan penyaluran kredit ekspor impor tumbuh 40,6% yeear on year (yoy). Mayoritas kredit mengalir ke perusahaan trading dan manufaktur yang berorientasi ekspor.
Baca Juga: Bank-bank besar semakin aktif menyalurkan kredit lewat skema sindikasi
Sedangkan Bank mandiri hanya mencatatkan pertumbuhan satu digit hingga Juli yakni 9,4% yang ditopang oleh peningkatan volume impor sebesar 28,2%.Sedangkan pertumbuhan volume ekspor masih tercatat stagnan.
Menurut Rohan Hapas, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri, perang dagang terutama akan berdampak pada ekspor di sektor berbasis komoditas, alat berat dan otomotif.