Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Perbaikan kualitas aset diprediksi bakal mulai melonggarkan biaya pencadangan perbankan tahun depan. Pun, tanda-tandanya sudah terlihat pada kinerja sejumlah bank menjelang akhir tahun ini.
Sejak awal tahun, bank-bank menaruh banyak dana sebagai beban pencadangan (impairment). Misalkan saja, Bank Tabungan Negara (BTN). Per September 2025, beban pencadangan BTN mencapai Rp 4,48 triliun, melonjak dari Rp 1,30 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Meski begitu, trennya secara bulanan sudah mulai melandai. Jika pada bulan Oktober impairment BTN tumbuh 11,24% secara bulanan (month-to-month/MoM), pada bulan November pertumbuhannya hanya 6,11% MoM menjadi Rp 5,28 triliun.
Baca Juga: Usaha Mikro Tertekan, Penyaluran Kredit UMKM Menurun per November 2025
Pun ke depannya, Direktur Utama BTN Nixon Napitupulu melihat beban pencadangan bakal makin berkurang. Ia menjelaskan, biaya kredit (cost of credit/CoC) bank bakal menurun seiring berkurangnya beban hapus buku KPR restrukturisasi kredit terdampak Covid-19.
“Harusnya beban impairment tahun depan membaik dibanding tahun ini,” ungkapnya kepada Kontan, Senin (22/12/2025).
Optimisme yang sama juga disampaikan Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan, meskipun tren bulanan beban pencadangan bank justru cenderung naik menjelang akhir tahun.
Per September 2024, CIMB Niaga mencatatkan beban pencadangan bank sebesar Rp 893,11 miliar, turun 14,22% secara tahunan. Jika pada bulan Oktober jumlahnya naik 3,45% MoM, pada bulan November pertumbuhannya meningkat jadi 15,82% MoM.
Baca Juga: Bank Raya Pastikan Layanan Transaksi Tetap Optimal Selama Libur Nataru
Memang, Lani bilang saat ini terjadi sedikit pelemahan kualitas aset di sektor ritel, yakni KPR dan KKB. Kondisi tersebut menurutnya sejalan dengan lemahnya daya beli masyarakat.
Meski begitu, ia optimistis secara keseluruhan kualitas aset CIMB Niaga masih bakal sehat ke depannya, dengan perkiraan rasio kredit macet (non performing loan/NPL) di level 2%, serta CoC di bawah 1%.
“Secara keseluruhan masih sehat dan kami masih lebih baik dari pasar,” sebutnya.
EVP Corporate Communication & Social Responsibility Bank Central Asia (BCA) Hera F Haryn menyebut pada dasarnya beban pencadangan memang sejalan dengan perkembangan kualitas aset dan kondisi perekonomian.
Maka dari itu, ia bilang pihaknya senantiasa mendorong penyaluran kredit ke berbagai segmen dan sektor secara pruden, dengan mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dan menerapkan manajemen risiko secara disiplin.
Pada September 2025, BCA mencatatkan beban pencadangan sebesar Rp 2,82 triliun, naik dari posisi Rp 1,83 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pada bulan Oktober, pertumbuhannya mencapai 10,75% MoM, tetapi melandai jadi 6,02% MoM pada bulan November.
Selanjutnya: Rasio Bunga Utang Masih Tinggi, Ruang Belanja Pemerintah Kian Menyempit
Menarik Dibaca: 14 Fitur Tersembunyi WhatsApp yang Jarang Diketahui, Intip Daftarnya di sini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News












