Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan syariah optimistis bisnis di sepanjang 2022 akan lebih baik dibandingkan sebelumnya. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan pembiayaan perbankan syariah tumbuh 6,83% year on year (yoy) menjadi Rp 421,57 triliun di 2021.
Sedangkan dana pihak ketiga (DPK) perbankan syariah tumbuh 15,3% yoy menjadi Rp 548,10 triliun pada tahun lalu. Sedangkan aset tumbuh 13,85% yoy menjadi Rp 693,21 triliun.
Unit Usaha Syariah (USS) Bank CIMB Niaga misalnya, optimistis pembiayaan bisa tumbuh di kisaran 10% hingga 15% di 2022.
Direktur Syariah Banking CIMB Niaga Pandji P. Djajanegara menyatakan akan mengandalkan segmen konsumer utamanya pembiayaan pemilikan rumah.
“Selain itu, beberapa proyek infrastruktur. Strateginya syariah first untuk sektor financing dan funding. Untuk dana pihak ketiga (DPK) fokus di dana murah (CASA) dan pertumbuhannya menyesuaikan kebutuhan pembiayaan,” ujar Pandji kepada Kontan.co.id, Rabu (23/2).
CIMB Niaga Syariah mampu mencatatkan pertumbuhan pembiayaan 15,8% yoy menjadi Rp 37,0 triliun di 2021. Sedangkan DPK mampu tumbuh 39,2% yoy menjadi Rp 41,5 triliun.
Baca Juga: Saham Bank Syariah, Analis Ini Lebih Menyukai BTPS Syariah dan Tetap Jagokan BRIS
“Tahun lalu kinerja terbantu dari pertumbuhan financing dan dana, lalu biaya dana yang turun tajam karena peningkatan CASA dan pricing deposito yang juga turun,” jelasnya,
Selain itu, UUS mampu mengerek pendapatan berbasis komisi lebat peningkatan bisnis transaksi treasury dan wealth management.
Adapun kualitas pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF) gross naik dari 1,1% ke 1,4%. Namun, NPF netnya menurun dari 0,7% ke 0,6% artinya UUS CIMB Niaga Syariah melakukan menambah pencadangan.
“NPF pad 2022 akan di sekitar itu juga, karena akan ada kemungkinan pemburukan pembiayaan akibat covid yang mungkin gagal restrukturisasi. Namun pembiayaan akan terus tumbuh juga,” katanya.
Tak mau kalah, Herwin Bustaman Direktur Syariah Bank Permata memproyeksikan pertumbuhan aset, DPK, dan pembiayaan bisa naik dobel digit. Pertumbuhan ini diharapkan datang dari segmen korporasi, UMKM, dan ritel.
Begitupun dengan PT Bank BCA Syariah yang membidik pertumbuhan pembiayaan dan DPK bisa 7% hingga 9% yoy sepanjang 2022.
Direktur BCA Syariah Rickyadi Widjadja menyatakan masih akan mengoptimalkan sektor perkebunan, perdagangan besar dan kecil, serta manufaktur.
“Selain ini, BCA Syariah akan memperbesar segmen konsumer yang saat ini baru sekitar 3% dengan melakukan sinergi dengan induk perusahaan Bank BCA ikut berbagai ekspo. Harapannya segmen ini bisa naik menjadi 4% hingga 5%,” jelasnya kepada Kontan.co.id.
Sedangkan NPF akan dijaga di bawah 2% di sepanjang 2022 sebab BCA Syariah akan terus mendorong pertumbuhan pembiayaan. Di sisi lain, pembiayaan restrukturisasi masih akan terus berkurang.
Akan tetapi, BCA Syariah masih meningkatkan pengawasan terhadap kualitas pembiayaan dari sektor penerbangan, perikanan, dan tekstil. Hingga Desember 2021, NPF bisa dijaga di level 1,13%.
“Guna mengoptimalkan pendapatan, BCA Syariah akan terus menurunkan biaya dana dengan meningkatkan dana murah. Salah satunya dengan merilis layanan bukan rekening secara online pada Juli 2022 nanti,” paparnya.
Ia berharap dengan peningkatan CASA dan penurunan biaya dana, bank bisa memberikan pembiayaan dengan rate yang lebih murah. Sehingga bisa mengakuisisi nasabah tier 1 yang memiliki risiko kecil sehingga pendapatan bisa lebih optimal.
PT Bank Syariah Indonesia Tbk optimistis bisnis di 2022 akan lebih baik dibandingkan tahun lalu. Direktur Utama BSI Hery Gunardi menyatakan keyakinan ini seiring proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional dari berbagai pihak dalam rentang 4,6% hingga 5,2%.
Baca Juga: Garap Segmen Syariah, Bank Jago (ARTO) Rilis Aplikasi Jago Syariah
“Dana Pihak Ketiga (DPK) diperkirakan akan mencapai antara 8%, pembiayaan syariah lebih dari 7% sampai dengan 7,5% di sepanjang 2022,” ujar Hery beberapa waktu lalu.
BSI akan menyasar sektor prioritas seperti sektor infrastruktur, energi, hingga ekosistem kesehatan. Bank syariah pelat merah ini juga akan membidik sektor pendidikan dan telekomunikasi, informatika, serta komunikasi.
Seiring menjaga pertumbuhan DPK dan pembiayaan, BSI juga akan terus meningkatkan efisiensi. Termasuk dari biaya dana yang akan ditingkatkan seiring mendorong pertumbuhan dana murah. Juga mengoptimalkan pendapatan berbasis komisi di sepanjang 2022.
Hery menyatakan BSI mampu mencatatkan laba bersih mencapai Rp 3,03 triliun naik 38,42% secara year on year (YoY) di sepanjang 2021. Kinerja itu disokong oleh pembiayaan yang tumbuh dan sehat di semua segmen yaitu konsumer, korporasi, usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), gadai emas hingga kartu pembiayaan. Perseroan pun mampu mengoptimalkan penghimpunan dana murah.
"Total penyaluran pembiayaan mencapai Rp 171,29 triliun atau naik sekitar 9,32% secara yoy dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 156,70 triliun. Rinciannya, pembiayaan konsumer mencapai Rp 82,33 triliun, naik sekitar 19,99% secara yoy dari sebelumnya yang sebesar Rp 68,61 triliun," paparnya.
Disusul pembiayaan gadai emas yang bertumbuh 12,92% secara yoy. Sementara itu pembiayaan mikro tumbuh 12,77% dan pembiayaan komersial tumbuh 6,86%. Dari sisi kualitas pembiayaan, BSI mencatatkan NPF Net yang membaik menjadi 0,87% pada Desember 2021.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News