Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Ahmad Febrian
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tak kalah dengan bank konvensional. bank-bank syariah mampu mencatatkan kinerja gemilang sepanjang tahun lalu. Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo, Maximilianus Nico Demus, masih mengandalkan emiten bank syariah ini.
“Prospek bank syariah di Indonesia masih sangat baik. Ini sesuatu yang kita harus belajar banyak dari Malaysia,”kata Nico kepada Kontan.co.id pada Senin (21/2).
Kendati memiliki prospek, Nico mengakui melakukan penetrasi pasar berbasis syariah tidak mudah. Sehingga membutuhkan penguatan modal, infrastruktur, dan mengembangkan teknologi informasi.
Terkait saham, Pilarmas Investindo masih senang dengan BTPN Syariah (BTPS.) Lantaran sudah memulai bisnis syariah sudah lama. Terlebih, pada 2021 lalu, BTPS mampu mencatatkan pertumbuhan laba hingga 72% year on year (yoy) seiring upaya memperkuat digitalisasi.
“BRIS dulu suka waktu awal-awal merger. Untuk jangka panjang prospek Bank Syariah Indonesia (BRIS) masih sangat baik sebetulnya. Namun untuk pendek masih dalam tahap bearish dulu,” tuturnya.
Ia tidak banyak berbicara mengenai prospek Bank Aladin Syariah (BANK) Sebab, dalam menjalankan bisnis, bank tidak hanya akan fokus dalam menghimpun dana tapi juga menyalurkan kredit atau pembiayaan.
Kendati demikian, ia menyadari mengetahui fundamental tetap jadi perhatian. Namun yang paling penting adalah bagaimana strategi dan rencana bisnis bank demi mendapatkan keuntungan dan bertumbuh di masa datang.
BSI optimistis bisnis di 2022 akan lebih baik dibandingkan tahun lalu. Direktur Utama BSI Hery Gunardi menyatakan BSI akan menyasar sektor prioritas seperti sektor infrastruktur, energi, hingga ekosistem kesehatan. Bank syariah pelat merah ini juga akan membidik sektor pendidikan dan telekomunikasi, informatika, serta komunikasi.
Seiring menjaga pertumbuhan DPK dan pembiayaan, BSI juga akan terus meningkatkan efisiensi. Termasuk dari biaya dana yang akan ditingkatkan seiring mendorong pertumbuhan dana murah. Juga mengoptimalkan pendapatan berbasis komisi di sepanjang 2022.
Hery menyatakan BSI mampu mencatatkan laba bersih mencapai Rp 3,03 triliun naik 38,42% secara year on year (YoY) di sepanjang 2021. Kinerja itu disokong oleh pembiayaan yang tumbuh dan sehat di semua segmen yaitu konsumer, korporasi, usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), gadai emas hingga kartu pembiayaan. Perseroan pun mampu mengoptimalkan penghimpunan dana murah.
Namun akhir pekan lalu penyedia data dan indeks pasar modal Financial Times Stock Exchange (FTSE) Russell merombak daftar saham pada indeks FTSE Global Equity Index Series Asia Pacific Ex-Japan Ex-China. Hasilnya, BRIS dikeluarkan dari indeks small cap dan terhapus dalam rebalancing kali ini.
Namun BSI tetap diperhitungkan. Yakni dengan menggarap kanal digital BSI Mobile dan E-Channel. Per Desember 2021, transaksi kumulatif BSI Mobile mencapai 124,54 juta transaksi atau tumbuh sekitar 169% secara YoY.
Sementara BTPS berhasil mencatatkan laba bersih senilai Rp 1,47 triliun. Nilai ini tumbuh 72% dibandingkan perolehan laba bersih di 2020 senilai Rp 855 miliar.
Hal ini tak terlepas dari pembiayaan terhadap Ultramikro yang menjadi fokus bank tumbuh 10% menjadi sebesar Rp 10,44 triliun pada 2021. Terus naik dibanding periode yang sama sebelumnya Rp 9,52 triliun.
Pertumbuhan ini juga disertai dengan kualitas pembiayaan yang tetap terjaga, non performing financing (NPF) tercatat di posisi 2,37%. Bank juga masih memiliki rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) yang kuat di posisi 58%.
Total aset tumbuh 13% (yoy ) menjadi Rp 18,54 triliun dari Rp 16,44 triliun. Dana pihak ketiga tumbuh 12 % (YoY) menjadi Rp 10,97 triliun dari Rp 9,78 triliun.
Seiring dengan itu, selama 2021 BTPS terus mengembangkan layanan berbasis aplikasi yang ditujukan untuk mempermudah seluruh nasabah dan agen. Dengan aplikasi ini, setiap hari Mitra Tepat dapat membantu nasabah inklusi memenuhi kebutuhan mereka untuk bertransaksi perbankan.
Hadi Wibowo, Direktur Utama BTPN Syariah menyatakan pengembangan teknologi ini sangat memperhatikan tingkat literasi digital masyarakat inklusi. Dalam hal ini bank tetap terus melakukan fungsi pendampingan.
“Juga memperkenalkan, mengajarkan, serta mempelajari respons mereka sebagai bagian proses penyempurnaan aplikasi sehingga tepat untuk menjadi alat dalam meningkatkan produktivitas mereka ke depannya. Jadi, semua dilakukan secara bertahap dan terus didampingi”, tuturny
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News