kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45910,09   -9,42   -1.02%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perbankan Syariah Terus Genjot Pertumbuhan Dana Murah Hingga Akhir Tahun 2023


Minggu, 13 Agustus 2023 / 17:17 WIB
Perbankan Syariah Terus Genjot Pertumbuhan Dana Murah Hingga Akhir Tahun 2023
ILUSTRASI. Perbankan Syariah Terus Menggenjot Pertumbuhan Dana Murah Hingga Akhir Tahun 2023./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/23/2/2023.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan syariah baik Bank Umum Syariah (BUS) maupun Unit Usaha Syariah (UUS) terus berupaya mendorong peningkatan dana murah atau Current Account Saving Account (CASA) guna melakukan efiensi biaya dana untuk mendorong peningkatan kinerja di semester II 2023.

PT BCA Syariah misalnya, yang menargetkan dana murah dapat tumbuh hingga 40% YoY pada tahun 2023. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengembangkan layanan fitur baru pembukaan rekening online melalui BCA Syariah Mobile yang diluncurkan pada Juni lalu.

Presiden Direktur BCA Syariah Yuli Melati Suryaningrum menyampaikan Kehadiran fitur baru ini diharapkan dapat mempermudah BCA Syariah untuk mengakuisisi nasabah baru untuk membuka rekening online tanpa haru mendatangi kantor cabang,

Baca Juga: Demi Persaingan Sehat, Indonesia Butuh Bank Syariah Besar Selain BSI

"Pertumbuhan dana murah dan moderenisasi infrastruktur digital akan menjadi strategi utama kami untuk mencapai target pertumbuhan dua digit di akhir tahun 2023”, kata Yuli saat ditemui di Jakarta minggu lalu.

Yuli merinci, sampai dengan awal agustus ini, pembukaan rekening online BCA Syariah telah menjangkau 11.700 nasabah baru. Sementara untuk target akuisisi nasabah baru, Yuli menyampaikan untuk sementara ini pihaknya belum mematok target, dan fokus pada pengembangan fitur-fitur baru dari layanan BCA Syariah mobile masih dalam tahap 

Jika melihat laporan kinerja keuangan BCA Syariah di semester I 2023, tercatat dana murah tumbuh 25,16% yoy dari Rp3,06 triliun menjadi Rp3,83 triliun,

Senada, UUS dari PT Bank CIMB Niaga Tbk juga terus berupaya untuk mendorong pertumbuhan dana murah hingga akhir tahun ini. UUS CIMB Niaga memasang target pertumbuhan dana murah sebesar 28% YoY hingga akhir tahun 2023.

Direktur Syariah Banking CIMB Niaga Pandji P. Djajanegara menyampaikan agar dapat bersaing dengan bank konvensional, pihaknya sudah memiliki strategi bersaing, yakni meningkatkan portofolio CASA dengan cara meningkatkan ticket size pernasabah, meningkatkan rata-rata jumlah produk yang dimiliki nasabah, hingga membuat produk serta program yang sesuai dengan kebutuhan nasabah. 

"Target pasar yang ingin disasar adalah nasabah retail dan non retail dari Islamic Community. Untuk rasio CASA dijaga pada level 65%," kata Pandji kepada Kontan, Sabtu (12/8).

Jika melihat laporan kinerja UUS CIMB Niaga di semester I 2023, tercatat jumlah dana murah meningkat sebesar 15,32% yoy dari Rp11,36 triliun  menjadi Rp 13,10 triliun. Perolehan tersebut berasal dari Giro Mudharabah non bank sebesar Rp 3,24 triliun dan Tabungan Mudharabah non bank sebesar Rp 9,86 triliun.

Sementara itu UUS dari PT Bank Permata Tbk juga menargetkan pertumbuhan CASA sebesar 10% YoY hingga akhir tahun 2023. 

Baca Juga: Bank Syariah Membidik Pertumbuhan Kinerja di Sisa Tahun 2023

Direktur Permata Syariah, Herwin Bustaman menyampaikan untuk mencapai target tersebut, pihaknya akan menjaring nasabah baru melalui layanan bank digital. "Strategi kita yakni fokus ke segmen millenial melalui digital," kata Herwin kepada Kontan, Jumat (13/8).

Lebih lanjut, Herwin mengatakan pihaknya akan menjaga rasio CASA UUS Bank Permata di atas 55% hingga akhir tahun 2023.

Jika melihat laporan keuangan UUS Bank Permata di semester I 2023, kinerja total perolehan dana murah tercatat tumbuh sebesar 2,22% YoY dari Rp 14,64 triliun menjadi Rp 14,97 triliun, dengan rincian Rp 928 miliar himpunan dana murah bank, sisanya berasal dari perolehan dana murah non bank sebesar Rp 14,06 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×