kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.777   18,00   0,11%
  • IDX 7.480   0,54   0,01%
  • KOMPAS100 1.157   2,51   0,22%
  • LQ45 918   4,40   0,48%
  • ISSI 226   -0,78   -0,35%
  • IDX30 474   2,88   0,61%
  • IDXHIDIV20 571   3,56   0,63%
  • IDX80 132   0,52   0,39%
  • IDXV30 140   1,17   0,84%
  • IDXQ30 158   0,64   0,41%

Permintaan Kredit dan Bunga Meningkat, DPK Perbankan Masih Bisa Naik 8% pada 2023


Jumat, 11 November 2022 / 18:55 WIB
Permintaan Kredit dan Bunga Meningkat, DPK Perbankan Masih Bisa Naik 8% pada 2023
ILUSTRASI. Suasana di Menara BTN, Jakarta, Senin (23/10). KONTAN/Muradi/2017/10/23


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Regulator dan bankir meyakini dana pihak ketiga (DPK) bisa tumbuh menopang peningkatan kredit di 2023. Kepala Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa meyakini himpunan DPK tahun depan bisa tumbuh hingga 8% secara tahunan alias year on year (YoY) meskipun kredit naik 10% hingga 12%. 

Purbaya mengakui memang bakal ada tekanan pertumbuhan DPK saat ekonomi melanjutkan pertumbuhan. Sehingga, sebagian simpanan nasabah akan digunakan untuk melakukan ekspansi. 

“Saat ekonomi tumbuh, masyarakat dan korporasi akan kembali mendapatkan uang kembali, itu tidak akan disimpan di rumah, tapi kembali masuk ke sistem perbankan. Tahun depan, kredit perbankan bisa tumbuh di atas 12% kalau kebijakan fiskal bisa diperbaiki,” ujar Purbaya pada Rabu (9/11). 

Adapun Anggota Dewan Komisioner LPS Didik Madiyono menyatakan saat pertumbuhan ekonomi meningkat maka kredit akan tumbuh lebih tinggi dibandingkan DPK. Ia menilai likuiditas perbankan masih longgar tercermin dari loan to deposit ratio (LDR) masih di level 82%. 

Baca Juga: Realisasi Penyaluran KUR Tembus Rp 299,64 Triliun hingga 31 Oktober 2022

“LPS memantau tiap hari pergerakan DPK perbankan. Saat ekonomi pulih, DPK jauh lebih rendah dari kredit, sehingga LDR perbankan sebelum Covid-19 mencapai 95%,” tambahnya. 

Didik melihat likuiditas perbankan yang masih longgar ini tercermin juga dari masih lambatnya respon perbankan menggerek suku bunga acuan maupun kredit. Ini pula yang menjadi landasan LPS hanya mengerek bunga penjaminan hanya 25 basis point (bps) pada September 2022. 

“Karena suku bunga pasar simpanan belum bergerak juga. Itu juga mencerminkan likuiditas pasar masih terjaga. Walaupun sekarang kredit tinggi sedangkan DPK tetap, maka likuiditasnya mengetat. Ini yang kita monitor sejauh mana pengetatannya,” tutur Didik. 

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk menargetkan pertumbuhan DPK mencapai 10% hingga 11% di 2023. Direktur Distribusi dan Pendanaan Ritel BTN Jasmin menyatakan akan fokus untuk meningkatkan dana murah atau current account and saving account (CASA) hingga menyumbang 50% dari total DPK perseroan. 

“Deposito dari lembaga (korporasi) dikurangi tapi DPK ritel kita tingkatkan. Karena ritel lebih sustain dan biayanya lebih murah dari deposito lembaga,” ujar Jasmin kepada Kontan.co.id pada Jumat (11/11). 

BTN mencatatkan himpunan DPK  mencapai Rp 312,84 triliun per September 2022. Nilai itu naik 7,41% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 291,26 triliun.  Dari jumlah tersebut, rasio CASA mencapai Rp 143,59 triliun naik sebesar 18,7% dibandingkan akhir September 2021 sebesar Rp 120,96 triliun. Sehingga, rasio CASA BTN naik 45,9%.

Bank BJB masih menyusun rencana bisnis bank 2023 yang akan disampaikan ke OJK pada akhir bulan. Kendati demikian, Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi memproyeksikan pertumbuhan kredit bisa naik 9% hingga 11% di tahun mendatang. 

Baca Juga: BRI Sudah Salurkan KUR Sebesar Rp 206,56 Triliun hingga Oktober

“Lebih detailnya sedang kami hitung, termasuk untuk DPK dan pos pos lainnya, namun idealnya kami akan menjaga pertumbuhan yang sama dengan pertumbuhan kredit agar LDR terjaga ideal,” tutur Yuddy kepada Kontan.co.id. 

Lanjut ia, komposisi DPK ini akan  didorong agar komposisi dana murah lebih tinggi dari 2022. Terlebih,  tekanan suku bunga yang saat ini terjadi diprediksi akan masih terasa bagi perbankan di tahun depan. 

Guna menjaga DPK, Yuddy menyatakan meningkatkan kualitas layanan baik on counter maupun pada layanan digital. Termasuk pengembangan fiturnya harus terus dilakukan agar nasabah terus aktif bertransaksi dan meningkatkan dana simpanannya.

CASA naik 15,31% YoY dari Rp 49,11 triliun menjadi Rp 56,63 triliun per September 2022. Sedangkan Deposito turun 12,7% dari Rp 68,31 triliun menjadi Rp 59,61 triliun. 

Sehingga, Rasio CASA BJB berhasil nari 41,8% di September 2021 menjadi 48,7% per September 2022. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×