kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.526.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Pertumbuhan kredit UMKM masih di bawah industri


Rabu, 28 Maret 2012 / 10:30 WIB
Pertumbuhan kredit UMKM masih di bawah industri
ILUSTRASI. Aktivitas pekerja PT Semen Indonesia (SIG) di Pabrik Rembang, Jawa Tengah.


Reporter: Astri Kharina Bangun |

JAKARTA. Pertumbuhan kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) per akhir 2011 lebih rendah dibandingkan pertumbuhan total kredit perbankan. Kredit UMKM tahun lalu tumbuh sebesar 21,7% secara year to date sementara total kredit perbankan pada periode serupa tumbuh sebesar 24,8%.

"Kontribusi kredit UMKM akhir tahun lalu terhadap total kredit perbankan setelah redefinisi kredit UMKM menjadi hanya sebesar 21,2% dari total kredit perbankan atau sekitar Rp 479,8 triliun," ujar Direktur Direktorat Kredit, BPR, dan UMKM Bank Indonesia Zainal Abidin.

Redefinisi yang dimaksud mengacu pada UU tentang UMKM tahun 2008 yang membedakan antara kredit UMKM dan MKM. Kredit UMKM hanya memasukkan kredit untuk tujuan produktif sementara kredit MKM masih memasukkan kredit konsumtif sesuai dengan pengelompokan plafon.

Pertama, kredit mikro yang plafonnya sampai dengan Rp 50 juta. Kedua, kredit kecil dengan plafon kurang dari Rp 50 juta-Rp 500 juta. Ketiga, kredit menengah dengan plafon lebih dari Rp 500 juta sampai Rp 5 miliar.

Jika kredit konsumsi dimasukkan menggunakan kriteria plafon, maka porsi kredit MKM sebesar 52,7% dari total kredit perbankan tahun 2011 sebesar Rp 2.200 triliun.

Meski tak menyebutkan peningkatan porsi penyaluran kredit UMKM terhadap total kredit perbankan tahun ini, namun Zainal menuturkan BI berusaha mendorong peningkatan.

Beberapa hal yang diupayakan BI antara lain bekerja sama dengan kementerian terkait, seperti Kementerian Koperasi dan UMKM, Kementerian Pertanian, Kementerian Perikanan dan Kelautan, Kementerian Kehutanan, dan Kementerian Perindustrian untuk memberikan informasi penyediaan kredit UMKM.

BI juga melakukan penelitian mengenai komoditas produk jenis usaha unggulan di masing-masing daerah serta pengembangan infrastruktur penjaminan kredit daerah.

"Kami harapkan upaya terebut lebih mendorong perbankan melakukan pembiayaan ke UMKM. Kami mencoba meyakinkan UMKM juga menarik dan risikonya bisa termitigasi," papar Zainal.

Menurutnya, pangsa untuk kredit UMKM sebetulnya masih cukup besar. Mengacu pada penelitan Bank Dunia, jumlah UMKM yang baru tersentuh kredit masih di bawah 20%. Ia berpendapat, perbankan harusnya lebih aktif menjemput bola dengan mendatangi langsung calon debitur.

BI mendata pada akhir 2011 pangsa terbesar kredit UMKM pada kredit usaha menengah sebesar Rp 226,1 triliun (47,1%). Selebihnya merupakan kredit usaha kecil sebesar Rp 150,9 triliun (31,4%) dan kredit usaha mikro sebesar Rp 102,9 triliun (21,4%). Adapun tiga sektor dengan penyaluran terbesar adalah perdagangan, pertanian dan industri pengolahan.

Di sisi lain kualitas kredit UMKM menunjukkan kinerja yang membaik. Pada akhir Desember 2011 rasio kredit macet (NPL) UMKM tercatat 3,63% atau lebih tinggi dibandingkan akhir Desember 2010 sebesar 4,1%. Namun, NPL kredit UMKM tahun lalu masih lebih tinggi dibandingkan NPL total kredit yang mencapai 2,2%,

"Sektor ekonomi dengan NPL tertinggi adalah jasa kesehatan sebesar 7,92% diikuti jasa perorangan 6,97%, dan perikanan 6,21%. Sedangkan sektor dengan NPL terendah adalah perantara keuangan sebesar 0,9%," ungkap Zainal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×