Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski pandemi telah membuat tekanan bagi perekonomian, bisnis peer to peer (P2P) lending masih mampu tumbuh sepanjang 2020. Berdasarkan catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) penyaluran pinjaman mencapai Rp 155,9 triliun sepanjang tahun lalu.
Nilai itu tumbuh 91,3% year on year (yoy) dibandingkan 2019 sebanyak Rp 81,49 triliun. Adapun outstanding pinjaman P2P lending tumbuh 16,43% yoy dari Rp 13,14 triliun menjadi Rp 15,31 triliun di 2020.
Pinjaman tersebut telah disalurkan kepada 43,56 juta rekening peminjam (borrower). Jumlah itu melonjak 134,59% yoy dibandingkan jumlah rekening borrower 2019 sebanyak 18,56 juta entitas.
Baca Juga: Tahun ini BCA siapkan capex Rp 5,2 triliun, bakal dipakai apa?
Kinerja pinjaman itu tak terlepas dari semakin banyak jumlah rekening pemberi pinjaman (lender) yang tumbuh 18,32% yoy menjadi 716.963 entitas. Nilai itu meningkat dari posisi 2019 sebanyak 605.935 entitas.
Sedangkan tingkat wanprestasi pengembalian pinjaman (TWP) 90 hari atau pinjaman bermasalah di level 4,78% pada Desember 2020. Meski lebih tinggi di bandingkan 2019 di posisi 3,65%, masih lebih baik dibandingkan November 2020 di level 7,18%.
Bisnis pinjam meminjam ini telah dilakukan oleh 149 entitas hingga Desember 2020. Dari jumlah tersebut terdapat 104 fintech P2P lending terdaftar dan 35 berizin. Jumlah pelaku fintech menurun dibandingkan 2019 sebanyak 164 entitas.
PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia berhasil menyalurkan pinjaman senilai Rp 960 miliar sepanjang 2020. Kinerja itu, berhasil disalurkan meskipun Indonesia mengalami krisis seiring pandemi Covid-19.
Baca Juga: Anggaran Capex IT Bank Mandiri tahun ini lebih rendah ketimbang tahun lalu
CEO & Co-Founder Akseleran Ivan Tambunan menyatakan pinjaman tersebut didominasi oleh produk invoice financing dan pre-invoice (kontrak) financing. Akseleran optimis tren peningkatan
“Target penyaluran pinjaman di 2021 sebanyak Rp 2 triliun, tumbuh lebih dari dua kali dari 2020. Akseleran menyasar pada semua sektor, utamanya konstruksi, infrastruktur, kelistrikan dan energi. Namun juga banyak ritel dan essential goods supply chain,” ujar Ivan kepada Kontan.co.id.
Tak hanya itu, Akseleran melihat prospek sektor terbaru di tahun ini. Ivan bilang juga akan membidik pinjaman terkait Covid-19, seperti pengadaan bantuan sosial termasuk pengadaan vaksin, rapid test, serta alat pelindung diri (APD).
Sedangkan PT Pinduit Teknologi Indonesia (Pintek) optimis bisnis pinjam meminjam sektor pendidikan di 2021 makin moncer. Co-Founder dan Direktur Utama Pintek, Tommy Yuwono memproyeksi pinjaman pada tahun ini bisa mencapai Rp 400 miliar.
Nilai itu meningkat dibandingkan realisasi penyaluran hingga 2020 sebesar Rp 100 miliar. Guna mencapai target itu, Pintek akan lebih fokus pada pembiayaan B2B yang menyasar sekolah maupun pemasok kebutuhan sekolah.
Baca Juga: Awas, pinjol ilegal punya sejumlah modus baru untuk mencari mangsa
“Sebelumnya kita sudah menjalankan produk student loan. Namun saat pandemi ada persoalan baru, dimana sekolah harus melakukan transformasi secara digital terutama kebutuhan akan gadget. Sedangkan sekolah kesulitan memenuhi dana untuk keperluan itu, jadi kita talangi terlebih dahulu,” ujar Tommy kepada Kontan.co.id.
Ia menjelaskan, Pintek memberikan pinjaman invoice kepada para vendor yang telah terhubung dalam platform Sistem Informasi Pengadaan di Sekolah (SIPlah) milik Kemendikbud. Pinjaman ini menggunakan invoice project yang diterbitkan atau PO yang diterima dari mitra sekolah. Ketika sekolah membayar ke vendor, maka vendor bisa mengembalikan pinjamannya kepada Pintek.
Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) memperkirakan pembiayaan fintech tahun ini akan mencapai Rp 100 triliun. Hal itu berdasarkan tren pembiayaan pada tahun sebelumnya.
“Fintech pendanaan akan terus mendukung perekonomian nasional dengan mengisi gap kredit dari total kebutuhan kredit nasional," kata Juru Bicara AFPI Andi Taufan.
Terlebih, berdasarkan data Bank Dunia disebutkan bawah total kebutuhan dana kredit mencapai Rp 1.649 triliun. Dari situ, masih terdapat kesenjangan kredit di Indonesia sekitar Rp 988 triliun per tahun karena kapasitas kredit industri tradisional sekitar Rp 660 triliun.
Baca Juga: Pemerintah dan Asosiasi Fintech Indonesia kembangkan ekonomi digital nasional
Sementara pendanaan baru dari fintech baru mengisi 7% gap kredit tahun ini. Hal ini menjadi menjadi tantangan bagi industri fintech lending dalam negeri untuk terus meningkatkan peranan.
Guna mengisi gap tersebut, pembiayaan fintech gencar berkolaborasi dengan ekosistem layanan pendukung untuk memperluas akses pendanaan. Kolaborasi itu melibatkan lembaga lain seperti e-commerce, fintech payment, asuransi, modal ventura serta perbankan.
Selanjutnya: P2P lending KawanCicil sudah salurkan pinjaman senilai Rp 175,91 miliar
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News