Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Dessy Rosalina
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masa penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) yang kini sedang dijalani PT Intan Baruprana Finance (IBF) bukan berarti membuat perseroan benar-benar alpa untuk menyiapkan strategi bisnis di masa datang.
Direktur IBF Noel Krisnandar Yahja menyebut, selain tengah serius membahas proposal perdamaian dengan para kreditur. Pihaknya kini juga terus menyusun rencana bisnis yang bakal dijalankan nantinya.
Namun tentunya, strategi tersebut baru bisa dijalankan bila proposal perdamaian bisa diterima oleh para kreditur. "Karena itu kami sangat berharap proses ini bisa berakhir damai," ungkap Noel, Jumat (15/12).
Nah salah satu rencana yang disiapkan oleh perseroan sendiri adalah memperdalam penetrasi pembiayaan di segmen factoring untuk kebutuhan infrastruktur. Hal ini didorong oleh prediksi akan masih besarnya kebutuhan alat berat untuk proyek-proyek infrastruktur hingga beberapa tahun ke depan.
Seperti yang diketahui, pemerintah masih menjadikan sektor infrastruktur sebagai salah fokus kerja. Dus, permintaan alat berat di sektor ini pun diyakini masih bakal terus bertumbuh.
Perkiraan yang sama juga diungkapkan Investor Relations Strategist Intraco Penta Ferdinand Dion. Induk usaha IBF ini menyebut tren permintaan alat berat untuk sektor infrastruktur bisa lebih stabil ketimbang untuk kebutuhan sektor komoditas.
Soalnya meski komoditas sedang bergairah akhir-akhir ini, namun secara jangka panjang masih lebih banyak faktor yang bisa mempengaruhi tren permintaan. "Termasuk lebih sensitif terhadap kondisi ekonomi global," ujar Ferdinand.
Saat ini sektor pertambangan memang masih mendominasi portofolio piutang pembiayaan perseroan dengan 41%. Dibuntuti oleh sektor transportasi dan migas masing-masing sebesar 28% dan 13%. Sementara kontribusi dari sektor konstruksi baru mencapai 6%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News