kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   -10.000   -0,51%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Porsi Pembiayaan Produktif Fintech Turun Menjadi 26,55%, Begini Kata Pengamat


Rabu, 16 April 2025 / 21:50 WIB
Porsi Pembiayaan Produktif Fintech Turun Menjadi 26,55%, Begini Kata Pengamat
ILUSTRASI. Ilustrasi Financial Technology (Fintech). 


Reporter: Ferry Saputra | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Porsi penyaluran pembiayaan fintech peer to peer (P2P) lending tercatat makin jauh dari target yang dicanangkan dalam Roadmap Pengembangan dan Penguatan Industri Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi (LPBBTI) periode 2023–2028.

Dalam roadmap, target untuk porsi pembiayaan produktif mencapai 40%-50% dalam rentang waktu 2025 hingga 2026.

Jika ditelaah berdasarkan data statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tercatat porsi pembiayaan fintech lending ke sektor produktif per Desember 2024 sebesar 30,19%, lalu menurun menjadi 26,55% per Januari 2025.

Baca Juga: Fintech Samir Bidik Penyaluran Pembiayaan Rp 2 Triliun pada 2025

Mengenai hal itu, pengamat sekaligus Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda berpendapat penurunan penyaluran produktif tersebut tak terlepas dari kondisi ekonomi yang sedang tidak baik-baik saja. Kondisi itu juga yang membuat lender akan berhati-hati dalam menyalurkan dananya ke sektor produktif.

"Ketika ekonomi sedang tidak baik-baik saja, risiko gagal bayar terutama dalam pembiayaan ke sektor produktif akan meningkat. Ketika usaha sedang turun permintaan, kasus gagal bayar akan meningkat. Risiko itu yang membuat lender akan berhati-hati dalam menyalurkan pendanaan," ujarnya kepada Kontan, Rabu (16/4).

Nailul beranggapan lender pasti akan penuh perhitungan dengan adanya risiko gagal bayar dari borrower di sektor produktif. Selain itu, bunga pengembalian sektor pembiayaan produktif juga terbilang lebih rendah sehingga kurang menguntungkan. Alhasil, membuat lender lebih memilih masuk ke pembiayaan konsumtif. 

"Jika kondisi ekonomi terus seperti itu, saya ragu proporsi penyaluran sektor produktif dapat mencapai 40%. Tentu sangat sulit tercapai," ungkapnya.

Oleh karena itu, Nailul menyebut pemerintah atau pemangku kepentingan perlu memberikan stabilitas perekonomian agar sektor usaha menjadi lebih baik. Dengan demikian, lender fintech lending juga mempunyai perspektif positif terhadap pembiayaan sektor produktif sehingga bisa mendorong kenaikan porsi ke depannya.

Baca Juga: Penyaluran Pinjaman Fintech Lending Syariah Capai Rp 1,10 Triliun per Februari 2025

Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK Agusman sempat mengatakan OJK menerapkan sejumlah upaya untuk mencapai target pembiayaan kepada sektor produktif, sebagaimana tertuang dalam Roadmap Pengembangan dan Penguatan Industri LPBBTI periode 2023–2028.

Upayanya, yaitu mendukung adanya relaksasi batas maksimum pembiayaan melalui regulasi, serta optimalisasi program sinergi untuk mendorong pembiayaan ke luar Jawa.

"Ditambah melakukan perluasan jalur distribusi penyaluran pembiayaan kepada sektor produktif dan UMKM," kata Agusman pada bulan lalu.

Selanjutnya: Telkomsat Wujudkan Pemerataan Digital lewat Layanan Internet Gratis untuk Pendidikan

Menarik Dibaca: 5 Biji Buah yang Bisa Meningkatkan Kesehatan Tubuh, Salah Satunya Biji Pepaya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×