Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Narita Indrastiti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Potensi bisnis hedging untuk infrastruktur dinilai masih cukup besar. Apalagi proyek infrastruktur pemerintah masih cukup besar dan pemerintah mulai melihat potensi pendanaan dari luar.
Sampai saat ini, pembiayaan dalam dollar Amerika Serikat (AS) tercatat US$ 13,5 miliar, sedangkan yang sudah dilakukan hedging sebesar US$ 128 juta.
I Made Budhi P. Artha, Head, Global Market & Corporate Treasury Maybank Indonesia mengatakan, saat ini Maybank merupakan bank pertama yang menyediakan layanan hedging infrastruktur.
“Hedging infrastruktur di Indonesia masih belum berkembang,” kata Made kepada Kontan.co.id, Jumat (12/10). Di acara World Bank IMF Annual Meeting di Bali kemarin, Maybank Indonesia mengaku sudah menjajaki proyek hedging infrastruktur lanjutan.
Darwin Wibowo, Direktur Wholesale Banking Bank Permata mengatakan, perusahaan masih belum masuk hedging infrastruktur. “Kami masih menjajaki potensi bisnis hedging infrastruktur,” kata Darwin.
Kepala Departemen Pengelolan Moneter BI Nanang Hendarsah mengatakan, pendanaan infrastruktur diperoleh dari pasar keuangan luar negeri dalam bentuk penerbitan obligasi atau bilateral loan, tentunya sangat beresiko bila tidak dilakukan hedging.
“Karena akan terpapar baik terhadap risiko fluktuasi kurs maupun kenaikkan suku bunga dollar AS,” kata Nanang.
Umumnya, pendanaan jangka panjang seperti proyek infrastruktur menggunakan instrument Cross Currency Swap (CCS).
Pendanaan ini ditujukan untuk hedging tenor panjang 5-10 tahun, di mana peminjam dana terproteksi dari risiko kurs dan suku bunga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News