Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Dessy Rosalina
JAKARTA. Beberapa bank pada semester II ini menaruh perhatian lebih bagi kredit kategori dalam perhatian khusus atau yang masuk kolektibilitas II. Status kredit akan masuk kategori perhatian khusus karena menunggak cicilan, namun masih di bawah 90 hari atawa tiga bulan. Kredit ini mendapat perhatian lantaran bisa mendapat label bermasalah alias non performing loan (NPL).
Sumber KONTAN di kalangan bankir mengatakan, pasca Lebaran jumlah kredit yang masuk perhatian khusus berpotensi naik. Terlebih akhir Juli ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tidak akan memperpanjang aturan terkait relaksasi restrukturisasi kredit.
Data OJK per April 2017 menyebutkan, kredit dalam perhatian khusus kini berjumlah Rp 250 triliun atau setara 5,77% dari total kredit (lihat tabel). Tren kenaikan kredit yang masuk kolektibilitas II banyak terjadi di bank besar atau BUKU IV.
Sejumlah bankir menyatakan sudah mengantisipasi hal tersebut. Kartika Wirjoatmodjo, Direktur Utama Bank Mandiri mengatakan, kredit dalam perhatian khusus mayoritas berasal dari sektor komersial. "Dengan restrukturisasi, diharapkan pada semester kedua kredit kolektibilitas II bisa terjaga, tidak menjadi NPL," tutur Tiko, Jumat (7/7).
Suprajarto, Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI) menyatakan, kredit dalam perhatian khusus di BRI mayoritas ada di sektor menengah dan ritel. "Untuk korporasi relatif aman. Trennya pada kuartal II relatif sama," kata Suprajarto.
Sedangkan Achmad Baiquni, Direktur Utama Bank Negara Indonesia (BNI) menuturkan, lewat penanganan yang tepat, kredit dalam perhatian khusus akan turun di semester II. "Kredit kolektibilitas II di akhir semester I jumlahnya turun," ujar dia.
Kata Suprajarto, untuk mengantisipasi kredit dalam perhatian khusus ini turun ke NPL, bank akan me-recovery. Namun jika sudah jadi NPL, bank akan melakukan hapus buku.
Awasi kredit komersial
Sementara Bank Central Asia (BCA) memberi perhatian pada kredit komersial yang rasio NPL-nya meningkat di kuartal II 2017. Rasio NPL kredit komersial BCA kuartal II naik menjadi di kisaran 2,7%-3%, dari periode sama tahun 2016 yang senilai 2,1%.
Jahja Setiaatmadja, Direktur Utama BCA bilang, NPL kredit komersial memang cukup tinggi. "Kami menyelesaikannya dengan penjualan jaminan, lelang dan restrukturisasi," kata Jahja.
Parwati Surjaudaja, Presiden Direktur OCBC NISP optimistis, NPL kredit komersial bisa dijaga seiring membaiknya ekonomi di semester II. "Kami merestrukturisasi dan menjual jaminan untuk mengatasi NPL di sektor ini," imbuh Parwati.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News