kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Produk asuransi hijau masih belum jadi prioritas


Rabu, 17 November 2021 / 16:27 WIB
Produk asuransi hijau masih belum jadi prioritas
ILUSTRASI. Premi dari produk asuransi hijau masih minim karena produk ini masih belum jadi prioritas.


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah kesadaran implementasi aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola atau environmental, social, and corporate governance (ESG) yang gencar dilakukan di beberapa industri, namun itu belum terlalu berdampak pada produk asuransi hijau. 

PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) misalnya mencatat adanya perlambatan pertumbuhan asuransi hijau ini lantaran pemerintah pusat dan daerah melakukan refocusing anggaran ke penanganan pandemi Covid-19. Padahal, dari tahun ke tahun, pertumbuhan premi asuransi hijau ini biasanya bisa mencapai 10%.

“Misalnya, anggaran asuransi pertanian program pemerintah dari target lahan padi 1 juta hektare di-refocusing menjadi 400.000 hektare di seluruh Indonesia,” ujar Diwe Novara, Direktur Pengembangan Bisnis Jasindo.

Sekadar informasi, selama ini, Jasindo telah menerbitkan produk asuransi hijau di bidang agrikultur dan akuakultur dengan terbagi menjadi asuransi penugasan program pemerintah dan asuransi pertanian komersial. 

Baca Juga: Jasa asuransi akan dikenakan PPN, ini efeknya terhadap premi asuransi

Jasindo melaporkan pendapatan premi asuransi hijau sampai kuartal III-2021 sebesar Rp 90,6 miliar. Diwe pun bilang, terjadi penurunan hingga 45% di tahun ini.

Menurut Diwe, untuk kembali meningkatkan produk asuransi hijau ini, perlu adanya kolaborasi dengan beberapa pihak misalnya kementerian terkait, OJK, Bappenas dan stakeholder agrikultur dan akuakultur untuk membangun integrasi kemitraan atau ekosistem agrikultur dan aquakultur terpadu dalam memasarkan produk asuransi tersebut.

Mengingat, sejatinya produk ini memiliki daya tarik sendiri karena melindungi petani, peternak dan pembudidaya ikan dari gagal budidaya. Serta, memberi keyakinan pada sektor pembiayaan yang memberikan kredit kepada petani, peternak dan pembudidaya ikan dengan adanya asuransi budidaya. 

“Perlu juga meningkatkan pelayanan berbasis teknologi yang dapat membantu dalam proses pendaftaran dan klaim asuransi hijau,” ujar Diwe.

Sementara itu, Wakil Ketua Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Bidang Information and Applied Technology Dody A.S. Dalimunthe menyampaikan bahwa selama ini AAUI telah banyak menginisiasi penerbitan produk-produk asuransi tersebut kepada anggotanya. 

Saat ini, produk yang sudah berjalan adalah asuransi pertanian, asuransi perikanan, asuransi gempa bumi. Sementara, saat ini juga sedang dikembangkan asuransi kelembaban tanah berbasis index cuaca.

“UNDP juga sedang mengupayakan diskusi terkait pengelolaan ekosistem terumbu karang yang mungkin dapat dikolaborasikan dengan produk asuransi,” ujar Doddy.

Hanya saja, Dody mengakui, tidak banyak perusahaan asuransi yang masuk ke produk asuransi dengan objek pertanggungan livestock. Hal tersebut dikarenakan beberapa perusahaan mengalami kesulitan data risiko. 

Selanjutnya: Sejumlah perusahaan asuransi catatkan kenaikan pendapatan premi asuransi kendaraan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×