kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

PT Finnet Indonesia aktif co-branding, persaingan uang elektronik semakin semarak


Jumat, 30 Agustus 2019 / 13:29 WIB
PT Finnet Indonesia aktif co-branding, persaingan uang elektronik semakin semarak
ILUSTRASI. Peluncuran aplikasi pembayaran Atozpay


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis pembayaran digital menggunakan uang elektronik akan semakin marak. PT Finnet Indonesia sebagai pemegang izin uang elektronik dari Bank Indonesia dalam menjalankan uang elektronik menyiapkan strategi business to business (B2B).

Direktur Utama Finnet Indonesia Paulus Djatmiko menyatakan, akan fokus melakukan co-branding dengan berbagai perusahaan. “Kita akan co-branding uang elektronik, karena banyak sekali mitra yang ingin memiliki usaha finansial digital tapi kesulitan dapat layanan e-money. Finnet punya keleluasaan untuk co-branding tentunya kami izin dahulu ke Bank Indonesia,” ujar Paulus di Jakarta pada Kamis (29/8).

Baca Juga: Selain uang elektronik, Weyland Indonesia juga luncurkan layanan pesan antar makanan

Finnet Indonesia sudah melakukan co-branding degan PT Weyland Indonesia Perkasa dalam meluncurkan uang elektronik bertajuk AtozPay. Uang elektronik ini dapat melayani transaksi pembayaran hingga 10.000 merchant di seluruh Indonesia, juga sudah dilengkapi dengan fitur QR Code.

Finnet Indonesia sendiri, sahamnya dimiliki oleh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) atau Telkom. Padahal lewat anak perusahaan Telkomsel bersama perusahaan BUMN lainnya, Telkom juga sudah punya uang elektronik LinkAja.

Namun Paulus menilai bisnis yang dijalani oleh Finnet dan LinkAja berbeda. “Kalau LinkAja, Ovo, GoPay, DANA yang disasar adalah business to costumer (B2C). Finnet lebih ke co-branding selalu partner dengan pihak lain. Tidak serta merta kami masuk ke market secara langsung. Kami lebih ke B2B perusahaan yang butuh. Selain itu pasar uang elektronik masih luas, kita tidak bersaing, kita mengejar bagaimana mengurangi penggunaan uang kartal,” jelas Paulus.

Selain itu, Finnet Indonesia juga sudah mengantongi izin sebagai payment gateway dan remitensi dari Bank Indonesia. Hingga saat ini sudah ada pengguna Finnet Indonesia hingga 70.000 orang.

Selain dengan co-branding dengan PT Weyland Indonesia Perkasa, Ia mengaku juga sudah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan untuk pembayaran. Bahkan lewat finnet, pembayaran BPJS kesehatan bisa dilakukan dengan autodebit.

Finnet Indonesia akan terus menjalin cobranding. Ia yakin lewat strategi cobranding ini akan lebih banyak lagi pengguna Finnet Indonesia.

Sedangkan untuk melakukan top up atau penambahan saldo, pengguna AtozPay dapat melakukan dengan transfer bank. Selain itu, Weyland Indonesia Perkasa juga sudah meluncurkan layanan AtozGo berupa layanan pesan makan khusus bagi orang yang bekerja di Gedung-gedung.

Berdasarkan riset RHB pemain dompet digital yakni GoPay, Ovo, DANA, dan LinkAja sudah mendominasi pasar. Para pemain ini mampu mengalahkan Jenius milik BTPN, CIMB Niaga Go Mobile, dan Sakuku milik BCA dalam hal pengguna aktif bulanan.

Selain itu, riset ini juga menemukan bahwa GoPay telah secara konsisten bertahan menjadi pemain selama tujuh kuartal terakhir. Hal ini didorong oleh beragam penggunaan pembayaran untuk naik kendaraan dan pengiriman makanan, di antara layanan lainnya, di samping promosi yang sering dilakukan.

Baca Juga: Gandeng Finnet Indonesia, AtozPay layani transaksi uang digital

Diposisi kedua ada Ovo yang didorong oleh transaksi ecommer milik Tokopedia dan trasaksi transportasi digital milik Grab. Slain itu, Ovo juga kerap mengelai berbagai promo bagi perusahaan.

Posisi ketiga ada DANA yang didukung Alipay dan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK). Sedangkan di posisi emepat ada LinkAja yang dimiliki oleh berbagai perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Chief Executive Officer DANA Vincent Iswara menyatakan telah menambah saluran penambahan atau top up saldo. Terbaru lewat Pegadaian dan Vending Machine BlueMart, Sebelumnya lewat Alfamart, Alfamidi, dan Dan+Dan.

Hingga Juni 2019, DANA mencatat jumlah pengguna mencapai 20 juta. Adapun rata-rata jumlah transaksi per hari lebih dari 1 juta kali. Sedangkan saat ini merchant DANA tersebar di lebih 15.000 titik di Indonesia.

Selain itu, LinkAja juga sudah mengumumkan menjalin kerjasama dengan Gojek guna mempermudah pembayaran untuk berbagai layanannya.
Kehadiran LinkAja dalam aplikasi Gojek akan melengkapi opsi pembayaran non-tunai yang saat ini telah dapat dinikmati oleh pengguna Gojek, yaitu GO-PAY. Fitur ini akan dapat tersedia di aplikasi Gojek dalam waktu dekat di tahun ini.

Baca Juga: Tahun ini, Reliance Capital Management bersiap melantai di bursa

Kehadiran LinkAja dalam aplikasi Gojek akan melengkapi opsi pembayaran non-tunai yang saat ini telah dapat dinikmati oleh pengguna Gojek, yaitu GO-PAY. Fitur ini akan dapat tersedia di aplikasi Gojek dalam waktu dekat di tahun ini.

Memang pasat uang elektronik Indonesia menarik, tak hanya dari dalam negeri, perusahaan luar negeri juga kepincut. Pekan lalu, Layanan pesan singkat WhatsApp sedang mendekati penyelenggara dompet digital yang ada di Indonesia.

WhatsApp mengaku sudah menjalin komunikasi dengan GoPay, Ovo, dan DANA. WhatsApp hanya akan berfungsi sebagai platform di Indonesia yang mendukung pembayaran melalui dompet digital.

WhatsApp mengambil langkah mengandeng dompet digital Indonesia guna menangkap peluang e-commerce yang berkembang pesat. Rencana memasuki Indonesia muncul setelah CEO Facebook Mark Zuckerberg mengumumkan awal tahun ini bahwa akan meluncurkan pembayaran WhatsApp ke beberapa negara.

Kontan.co.id pun berupaya melakukan konfirmasi kepada manajemen GoPay, Ovo, dan Dana. Namun manajemen ketiga perusahaan dompet digital ini kompak belum mau membeberkan secara rinci rencana ini.

Baca Juga: Kinerja Reliance Sekuritas (RELI) masih memble di 2018, ini penjelasan manajemen

Asosiasi FinTech Indonesia (AFTECH) menilai ceruk pasar keuangan digital di Indonesia terbilang masih besar. Ketua Umum AFTECH Niki Luhur bilang bisa dilihat uang tunai masih digunakan dimana-mana. Sehingga kesempatan bisnis uang elektronik masih berpeluang besar.

“Kesempatan dompet digital ke depannya masih besar. Pasti ada beberapa penggunaannya (use case) dan inovasi baru. Namun harus mengikuti regulasi yang sudah ada. Khususnya dalam sistem pembayaran, siapapun pelakunya baik lokal maupun internasional harus mengikuti aturan Bank Indonesia (BI),” pungkas Niki.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×