Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejalan dengan perkembangan teknologi digital, transaksi melalui QR Code Indonesian Standard (QRIS) terus meningkat. Bank Indonesia mencatat, total transaksi QRIS sepanjang tahun lalu sudah menembus Rp 1,1 triliun sepanjang 2020 atau naik 8% secara year on year (yoy).
Sementara, volume transaksinya mencapai sebanyak 15 juta kali atau naik hampir 50% dari tahun sebelumnya. Begitu pula dari sisi merchant QRIS yang mencapai 6,55 juta, di mana 85% di antaranya berasal dari segmen usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Rinciannya, usaha besar sebanyak 324 ribu, menengah 614 ribu, usaha kecil 1,5 juta dan usaha mikro 4 juta.
"Ini berada di 34 provinsi dan 480 kabupaten/kota seluruh Indonesia dan didukung 57 PJSP (penyelenggara jasa sistem pembayaran)," ujar Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Fitria Irmi Triswati belum lama ini.
Baca Juga: Bank Perkuat Digital Banking, Transaksinya Sentuh Rp 32.206 triliun
Sejumlah bankir pun sepakat kalau laju pertumbuhan QRIS kian melesat. PT Bank Mandiri Tbk misalnya menyebut per Maret 2021 transaksi dan volume pembayaran melalui QRIS meningkat 60% secara bulanan (month on month).
SVP Transaction Banking and Retail Sales Bank Mandiri Thomas Wahyudi menjelaskan jumlah transaksinya telah menembus 100 ribu dengan volume mencapai Rp 17 miliar khusus di bulan Maret 2021.
"Meskipun fitur QR Payment di Mandiri baru diluncurkan ke umum pada Desember 2020 lalu, namun transaksi meningkat signifikan," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (6/4).
Dia menambahkan, jumlah merchant juga telah mencapai lebih dari 600 ribu, tersebar di seluruh Tanah Air. Pihaknya memandang, layanan QRIS bakal terus tumbuh, sejalan dengan peta biru sistem pembayaran BI.
Senada, Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Santoso Liem juga memandang nilai transaksi QRIS lewat aplikasi mobile banking BCA cukup jumbo. Menurut catatan perseroan, sepanjang tahun 2020 total transaksi QRIS BCA sudah menembus Rp 412 miliar dengan jumlah transaksi sebanyak 3 juta.
"Selain itu, perseroan mencatatkan sebanyak 356 ribu merchant telah bekerjasama dengan BCA dalam penggunaan metode pembayaran QRIS," terang Santoso.
Transaksi nontunai menggunakan QRIS mengalami peningkatan signifikan setiap bulannya, yang disebabkan oleh awareness masyarakat di tengah situasi pandemi untuk menggunakan transaksi nontunai dan juga perseroan secara terus-menerus melakukan edukasi mengenai QRIS karena selain lebih efisien, juga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat saat ini.
Namun, semakin pesat perkembangannya tentu persaingan ikut mengetat. Apalagi, layanan dengan standar QRIS tidak hanya dimiliki perbankan. Layanan dompet elektronik maupun perusahaan teknologi finansial (tekfin) juga turut meramaikan pasar pembayaran digital yang semakin ramai.
Meski begitu, Direktur Konsumer PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan memandang persaingan tersebut justru semakin baik, agar tren transaksi non-tunai semakin cepat terealisasi. Lagipula, menurutnya pembayaran digital antara bank dan non bank punya pasar yang berbeda.
Baca Juga: Dukung pembayaran digital, regulator dan bank kebut pengembangan digital banking
Dia menilai, nasabah bank tentu memilih menggunakan QRIS untuk akses ke kartu kredit atau tabungan, karena dana tetap berbunga atau nisbah dan paylater untuk kartu kredit. Pun, perkembangan QRIS saat ini terus diperbaharui.
"Pemerintah juga mendorong inter-operability antara acquirer sehingga masyarakat bisa menggunakan mesin QRIS milik bank dan juga tekfin manapun. Jika sudah meluas, maka digitalisasi pembayaran dapat terealisasi," ujarnya.
Adapun, sampai dengan akhir tahun 2020 lalu transaksi QRIS di CIMB Niaga sudah meningkat tujuh kali lipat. Sedangkan jumlah merchant telah mencapai 165 ribu dan terus bertambah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News