Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Yudho Winarto
Transaksi nontunai menggunakan QRIS mengalami peningkatan signifikan setiap bulannya, yang disebabkan oleh awareness masyarakat di tengah situasi pandemi untuk menggunakan transaksi nontunai dan juga perseroan secara terus-menerus melakukan edukasi mengenai QRIS karena selain lebih efisien, juga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat saat ini.
Namun, semakin pesat perkembangannya tentu persaingan ikut mengetat. Apalagi, layanan dengan standar QRIS tidak hanya dimiliki perbankan. Layanan dompet elektronik maupun perusahaan teknologi finansial (tekfin) juga turut meramaikan pasar pembayaran digital yang semakin ramai.
Meski begitu, Direktur Konsumer PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan memandang persaingan tersebut justru semakin baik, agar tren transaksi non-tunai semakin cepat terealisasi. Lagipula, menurutnya pembayaran digital antara bank dan non bank punya pasar yang berbeda.
Baca Juga: Dukung pembayaran digital, regulator dan bank kebut pengembangan digital banking
Dia menilai, nasabah bank tentu memilih menggunakan QRIS untuk akses ke kartu kredit atau tabungan, karena dana tetap berbunga atau nisbah dan paylater untuk kartu kredit. Pun, perkembangan QRIS saat ini terus diperbaharui.
"Pemerintah juga mendorong inter-operability antara acquirer sehingga masyarakat bisa menggunakan mesin QRIS milik bank dan juga tekfin manapun. Jika sudah meluas, maka digitalisasi pembayaran dapat terealisasi," ujarnya.
Adapun, sampai dengan akhir tahun 2020 lalu transaksi QRIS di CIMB Niaga sudah meningkat tujuh kali lipat. Sedangkan jumlah merchant telah mencapai 165 ribu dan terus bertambah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News