Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Tahun 2014 menjadi tahun yang berat bagi pelaku usaha di dalam negeri, termasuk bisnis asuransi umum. Kenaikan klaim yang tinggi tidak diimbangi pertumbuhan premi yang sejalan.
Alhasil, rasio klaim industri asuransi umum sepanjang tahun lalu meningkat menjadi 42,63% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, 39,1%. Premi bruto sepanjang tahun lalu tumbuh 17,9%. Sedangkan, pertumbuhan klaim mencapai 28,6%.
Toh, Ketua Departemen Statistik, Ridet, dan Analisa Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Anita Faktasia menyebut, peningkatan jumlah klaim masih dalam tahap wajar. "Pembayaran klaim sebenarnya tidak terlampau tinggi karena tak ada bencana katastropik di tahun lalu," ujar dia, Senin (9/3).
Dilihat dari sisi kontribusinya, produk asuransi kendaraan masih jadi penyumbang klaim terbesar. Sepanjang tahun lalu, pembayaran klaim asuransi kendaraan bermotor mencapai Rp 7,3 triliun atau setara 31,4% dari keseluruhan klaim yang dibayar. Posisi kedua diisi oleh klaim dari produk asuransi properti yang mencapai Rp 5,5 triliun alias 23,8% dari total klaim.
Padahal, kontribusi premi asuransi properti lebih tinggi ketimbang asuransi kendaraan. Sepanjang tahun lalu, premi asuransi properti mencapai Rp 16,08 triliun. Sedangkan, premi asuransi kendaraan Rp 15,81 triliun.
Nah, untuk tahun ini, AAUI memprediksi, bisnis industri asuransi umum di dalam negeri akan kembali berlari. Pertumbuhan premi di kisaran 20% diperkirakan bakal tercapai.
Direktur Eksekutif AAUI Julian Noor menilai, mulai lancarnya pemerintahan menjadi pendorong utama pertumbuhan industri asuransi umum tahun ini. Pertumbuhan ekonomi di tahun lalu hanya mencapai 5,02%. "Dengan asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,6% sampai 5,8% bisa tercapai tahun ini, maka pertumbuhan asuransi bisa lebih tinggi lagi," kata Julian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News