kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Reasuransi Lokal Masih Tertinggal


Senin, 26 April 2010 / 13:13 WIB


Sumber: KONTAN | Editor: Johana K.

JAKARTA. Pelaku reasuransi nasional harus bekerja keras untuk memenangkan persaingan bisnis. Maklum, tak hanya dengan pemain lokal, mereka juga harus bersaing dengan pemain reasuransi asing, seperti dari Singapura, London, dan Hong Kong. "Mereka mencari account bisnis yang besar dan bagus," ujar Robby Loho, Presiden Direktur PT Maskapai Reasuransi Indonesia (Marein).

Mengutip data Badan Pengawas Pasar Modal Lembaga Keuangan (Bapepam LK), perolehan premi bruto industri asuransi umum sepanjang 2009 lalu mencapai Rp 27,20 triliun. Dari jumlah itu, yang direasuransikan hanya 56%. "Dari persentase itu, sebagian besar, yakni 80%, direasuransikan di luar negeri. Sisanya, dikelola oleh perusahaan reasuransi lokal," kata Robby.

Kapasitas reasuransi nasional yang masih mini menjadi penyebab. Tengok saja ekuitas masing-masing perusahaan reasuransi yang ada di Indonesia. Nilai modal mereka masing-masing tidak sampai Rp 500 miliar.

Modal terbesar masih dimiliki PT Reasuransi Internasional Indonesia (Reindo), yakni sebesar Rp 304 miliar. Adapun PT Reasuransi Nasional Indonesia (Nasional RE) memiliki modal Rp 193 miliar, Marein Rp 142 miliar, dan modal Tugu Re baru sebesar Rp 92 miliar.

Jika kita jumlahkan, total modal perusahaan reasuransi nasional baru mencapai Rp 731 miliar di 2009. Angka ini naik 35,2% dari Rp 541 miliar di tahun 2008.

Bandingkan dengan Labuan Re Malaysia, perusahaan reasuransi asal negeri jiran Malaysia. Pada 2008, modal perusahaan ini lebih dari US$ 150 juta atau Rp 1,35 triliun (kurs Rp 9.000 per dollar Amerika Serikat). Modal perusahaan reasuransi di Singapura dan India jauh lebih besar, yakni mencapai US$ 1 miliar.

Sedangkan di China, modal perusahaan reasuransi ada yang mencapai US$ 6 miliar atau Rp 54 triliun (lihat boks). "Sudah saatnya, Indonesia memiliki satu atau dua perusahaan reasuransi nasional yang kuat dan besar, satu hingga dua tahun ke depan," ujar Robby.

Untuk meningkatkan kapasitas reasuransi lokal, ada wacana untuk menggabungkan tiga perusahaan reasuransi, yakni Marein, Nasional Re, dan Tugu Re. Cara lain adalah menyuntik modal ke Reindo hingga Rp 1 triliun.

Salah satu perusahaan yang masuk sebagai calon investor Reindo adalan PT Jamsostek. Direktur Utama Jamsostek Hotbonar Sinaga pernah menyatakan siap menyuntikkan modal Rp 200 miliar ke Reindo. "Kami ingin ekuitas reasuransi nasional itu besar. Kami juga akan berusahaan mengajak BUMN lain, sehingga modal Reindo di tahun 2011 bisa mendekati Rp 1 triliun," ujarnya.

Sekadar catatan, sepanjang tahun 2009 lalu, total premi reasuransi nasional mencapai Rp 2,42 triliun. Penyumbang terbesar premi adalah perusahaan asuransi umum sebesar Rp 1,6 triliun. Sementara premi dari perusahaan asuransi jiwa mencapai Rp 814 miliar.
Tahun lalu, perusahaan reasuransi mencatatkan laba hingga Rp 1,02 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×