Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Tugu Reasuransi Indonesia (Tugure) menargetkan pendapatan premi senilai Rp 3,6 triliun di sepanjang tahun 2025. Target ini naik sekitar 12% jika dibandingkan dengan capaian tahun 2024.
Property & Engineering Group Head Tugu Reasuransi Indonesia (Tugure) Aris Karyadi menjelaskan, perusahaan optimistis dapat memperoleh target tersebut dengan sejumlah strategi yang telah disiapkan.
"Kami akan mengoptimalisasi bisnis yang berfokus pada pengelolaan risiko yang lebih selektif, penguatan mitra serta eksplorasi peluang di lini bisnis yang potensial," kata Aris kepada Kontan, Kamis (23/1).
Adapun di sepanjang tahun 2024 lalu, pendapatan premi bruto perusahaan tercatat senilai Rp 3,29 triliun. Nilai tersebut mengalami pertumbuhan sebanyak 13% secara year on year (YoY).
Di sisi lain, klaim yang dibayarkan perusahaan juga mengalami kenaikan sebesar 32% secara YoY dengan total klaim sebesar Rp 1,54 triliun pada 2024.
Baca Juga: Sejumlah Perusahaan Reasuransi Bukukan Pertumbuhan Kinerja Sepanjang 2024
Aris menilai, saat ini Indonesia menghadapi tantangan risiko perubahan iklim hingga ketidakstabilan geopolitik dan ekonomi. Ini berdampak pada hardening market yang saat ini masih terkonsentrasi pada beberapa lini usaha. Misalnya, marine hull, properti dan reasuransi bencana alam.
Namun, Aris menilai terdapat beberapa faktor pendukung yang dapat membantu menghadapi tantangan tersebut. Salah satunya prospek pertumbuhan ekonomi dan investasi infrastruktur yang menciptakan peluang meningkatnya kebutuhan reasuransi.
Sebagai informasi, berdasarkan data terakhir Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan adanya penurunan pendapatan premi serta klaim pada perusahaan reasuransi hingga November 2024.
Kepala Eksekutif Pengawasan Perasuransian, Penjaminan dan Dana Pensiun OJK, Ogi Prastomiyono mengatakan, pendapatan premi perusahaan reasuransi mencapai Rp 25,12 triliun hingga November 2024 atau mengalami penurunan sebesar 5,41% secara year on year (YoY).
Kemudian, klaim juga terkontraksi turun sebanyak 5,2% secara YoY menjadi senilai Rp 13,03 triliun. Sedangkan total aset reasuransi masih tumbuh sebesar 6,25% secara YoY.
"Perusahaan reasuransi tengah menghadapi tantangan mencakup dinamika pasar yang semakin kompleks, terutama terkait hardening market dan keterbatasan kapasitas reasuransi domestik," kata Ogi dalam lembar jawaban tertulis OJK, Rabu (22/1).
Sebagai informasi, hardening market merupakan kondisi atau fenomena yang diyakini dapat memicu penurunan kinerja industri asuransi dan reasuransi. Fenomena itu salah satunya bisa menyebabkan industri melakukan penyesuaian tarif premi.
Ogi menilai, fenomena hardening market ini masih terjadi di sektor seperti properti dan engineering. Sementara itu kapasitas reasuransi dalam negeri juga tebilang masih terbatas untuk menampung risiko-risiko yang besar sehingga harus mengandalkan reasuransi luar negeri.
Baca Juga: AAUI: OJK Tanggapi Positif Usulan Penyesuaian Premi Asuransi Kendaraan dan Properti
Selanjutnya: Spesifikasi & Harga Redmi Note 14 Pro+ 5G Indonesia
Menarik Dibaca: Sambut Imlek, Grand Indonesia Gelar Lunar Lights Festival
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News