kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.476.000   8.000   0,54%
  • USD/IDR 15.859   80,00   0,50%
  • IDX 7.155   -6,20   -0,09%
  • KOMPAS100 1.093   -1,29   -0,12%
  • LQ45 868   -3,97   -0,46%
  • ISSI 217   0,75   0,35%
  • IDX30 444   -2,31   -0,52%
  • IDXHIDIV20 535   -4,50   -0,83%
  • IDX80 125   -0,10   -0,08%
  • IDXV30 134   -1,31   -0,96%
  • IDXQ30 148   -1,14   -0,77%

Regulator dan Perbankan Optimis DPK Bisa Tetap Tumbuh di 2023


Senin, 21 November 2022 / 05:45 WIB
Regulator dan Perbankan Optimis DPK Bisa Tetap Tumbuh di 2023


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Regulator dan bankir meyakini dana pihak ketiga (DPK) bisa tumbuh menopang peningkatan kredit di 2023. Kepala Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa meyakini, penghimpunan DPK tahun depan bisa tumbuh hingga 8% year on year (YoY) meskipun kredit naik 10% hingga 12% yoy. 

Purbaya mengakui memang bakal ada tekanan pertumbuhan DPK saat ekonomi melanjutkan pertumbuhan. Sehingga, sebagian simpanan nasabah akan digunakan untuk melakukan ekspansi. 

Dia menyatakan saat ekonomi tumbuh, masyarakat dan korporasi akan kembali mendapatkan uang kembali. Dana ini tidak akan disimpan di rumah, tapi kembali masuk ke sistem perbankan. Purbaya memprediksi tahun depan, kredit perbankan bisa tumbuh di atas 12% kalau kebijakan fiskal bisa diperbaiki. 

Baca Juga: Suku Bunga BI Naik Lagi, Berapa Bunga KPR Bank Sekarang?

Adapun Anggota Dewan Komisioner LPS Didik Madiyono menyatakan saat pertumbuhan ekonomi meningkat maka kredit akan tumbuh lebih tinggi dibandingkan DPK. Dia menilai likuiditas perbankan masih longgar tercermin dari loan to deposit ratio (LDR) masih di level 82%. 

Dia menyatakan LPS memantau tiap hari pergerakan DPK perbankan. Saat ekonomi pulih, DPK jauh lebih rendah dari kredit, sehingga LDR perbankan sebelum Covid-19 mencapai 95%.

Didik melihat likuiditas perbankan yang masih longgar ini tercermin juga dari masih lambatnya respons perbankan mengerek suku bunga acuan maupun kredit. Ini pula yang menjadi landasan LPS hanya mengerek bunga penjaminan hanya 25 basis points (bps) pada September 2022. 

“Karena suku bunga pasar simpanan belum bergerak juga. Itu juga mencerminkan likuiditas pasar masih terjaga. Walaupun sekarang kredit tinggi sedangkan DPK tetap, maka likuiditasnya mengetat. Ini yang kita monitor sejauh mana pengetatannya,” tutur Didik pekan lalu.. 

Baca Juga: Ekonom LPEM FEB UI: Rupiah Bakal Kembali ke Bawah Rp 15.000 di Pertengahan 2023

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk menargetkan pertumbuhan DPK mencapai 10% hingga 11% di 2023. Direktur Distribusi dan Pendanaan Ritel BTN Jasmin menyatakan akan fokus untuk meningkatkan dana murah atau current account and saving account (CASA) hingga menyumbang 50% dari total DPK BTN. 

“Deposito dari lembaga (korporasi) dikurangi tapi DPK ritel kami tingkatkan. Karena ritel lebih sustain dan biayanya lebih murah daripada deposito lembaga,” ujar Jasmin kepada Kontan.co.id.

BTN mencatatkan himpunan DPK  mencapai Rp 312,84 triliun per September 2022. Nilai itu naik 7,41% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 291,26 triliun.  

Dari jumlah tersebut, rasio CASA mencapai Rp 143,59 triliun naik sebesar 18,7% dibandingkan akhir September 2021 sebesar Rp 120,96 triliun. Sehingga, rasio CASA BTN naik 45,9%.

Baca Juga: BI: Ada 7 Sektor Prioritas dengan Risiko Pembiayaan Tinggi

Bank BJB masih menyusun rencana bisnis bank 2023 yang akan disampaikan ke OJK pada akhir bulan. Kendati demikian, Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi memproyeksikan pertumbuhan kredit bisa naik 9% hingga 11% di tahun mendatang. 

“Lebih detailnya sedang kami hitung, termasuk untuk DPK dan pos pos lainnya, namun idealnya kami akan menjaga pertumbuhan yang sama dengan pertumbuhan kredit agar LDR terjaga ideal,” tutur Yuddy kepada Kontan.co.id. 

Dia menambahkan, komposisi DPK ini akan didorong agar komposisi dana murah lebih tinggi daripada 2022. Terlebih,  tekanan suku bunga yang saat ini terjadi diprediksi akan masih terasa bagi perbankan di tahun depan. 

Baca Juga: Ekonom Ramal BI Masih Akan Naikkan Suku Bunga Lagi pada Desember Nanti

Guna menjaga DPK, Yuddy menyatakan meningkatkan kualitas layanan baik on counter maupun pada layanan digital. Termasuk pengembangan fiturnya harus terus dilakukan agar nasabah terus aktif bertransaksi dan meningkatkan dana simpanannya.

CASA naik 15,31% yoy dari Rp 49,11 triliun menjadi Rp 56,63 triliun per September 2022. Sedangkan deposito turun 12,7% YoY dari Rp 68,31 triliun menjadi Rp 59,61 triliun. Sehingga, rasio CASA BJB berhasil naik 41,8% di September 2021 menjadi 48,7% per September 2022. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek)

[X]
×