kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Relaksasi Restrukturisasi Kredit Bakal Berakhir, Bank Perkuat Pencadangan


Rabu, 10 Agustus 2022 / 16:56 WIB
Relaksasi Restrukturisasi Kredit Bakal Berakhir, Bank Perkuat Pencadangan
ILUSTRASI. Kantor cabang bank BUMN anggota Himbara di Depok, Jawa Barat. Industri perbankan terus memperkuat pencadangan untuk mengantisipasi kebijakan restrukturisasi kredit yang akan berakhir pada Maret 2023.


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri perbankan terus memperkuat pencadangan untuk mengantisipasi kebijakan relaksasi restrukturisasi kredit yang akan berakhir pada Maret 2023. Melalui strategi tersebut, diharapkan kualitas kredit tetap terjaga meski relaksasi dicabut.

Bank BTN misalnya, terus meningkatkan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) dari tahun ke tahun. Direktur Risk Management and Transformation BTN Setiyo Wibowo bilang, BTN akan menaikkan pencadangan secara bertahap.

"Pencadangan sekarang ini cukup besar, BTN akan tingkatkan menjadi lebih dari 150% sampai akhir tahun 2022," kata Setiyo kepada Kontan.co.id, Rabu (10/8).

Pencadangan ini sebagai persiapan dan alokasi biaya seandainya kualitas kredit turun. Dengan pencadangan yang makin tinggi, bank lebih siap menghadapi berbagai kondisi. Misalnya, kondisi ekonomi memburuk sehingga mempengaruhi kualitas kredit.

Baca Juga: Kredit Bermasalah Mulai Mengintai di Tengah Penurunan Restrukturisasi Kredit Covid-19

Tahun ini, BTN menjaga NPL Gross di kisaran 3,4% - 3,5% melalui restrukturisasi kredit Covid-19. Secara bertahap restrukturisasi kredit BTN berkurang menjadi kisaran Rp 36 triliun pada semester I 2022.

"Secara bertahap, kami menurunkan jumlah restrukturisasi Covid-19, sebagian sudah diasesmen dan mampu bayar. Para debitur juga tidak memperpanjang restrukturisasinya," ujat Setiyo.

Tak berbeda, Bank Mandiri juga memperkuat pencadangan untuk menjaga kualitas kredit. Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin memperkirakan, NPL akan mencapai di kisaran 2,3%-2,4% secara bank only sampai akhir tahun.

"Berdasarkan asesmen internal terkhir yang kami lakukan terhadap kualitas portofolio kredit per Juni 2022, kami proyeksi coverage CKPN Bank Mandiri untuk NPL akan stabil di kisaran 270%-280% (bank only) hingga akhir 2022," terangnya.

Tercatat NPL Bank Mandiri membaik hingga mencapai level 2,41% pada Juni 2022. Dengan NPL coverage terjaga pada 275% secara bank only dan secara konsolidasi sebesar 253%.

Tak hanya pencadangan, Bank Mandiri juga fokus pada sektor prospektif di tengah tekanan inflasi dan potensi kenaikan suku bunga, serta monitoring yang sangat ketat khususnya debitur yang sebelumnya mengajukan restrukturisasi kredit.

Sementara, BRI secara konsolidasi mencatatkan rasio NPL di level 3,26% pada Juni 2022. Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan kemampuan perusahaan dalam menyalurkan kredit mampu diimbangi dengan manajamen risiko yang baik.

"Kami (BRI) itu lebih dari 80% portofolio kita UMKM, terutama di mikro dengan NPL 3,26% bisa kita katakan sangat terkendali. Manajemen risiko juga sudah berjalan dengan baik," terang Sunarso.

Sebagai langkah antisipasi pemburukan kredit, bank pelat merah ini telah menyiapkan pencadangan yang memadai. Tercatat NPL coverage BRI mencapai 266,26% pada Juni 2022, naik dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yakni 252,59%.

"Kami sediakan 2,66x cadangan terhadap NPL. Artinya kalau NPL tidak terbayar, itu masih aman. Angka ini meningkat dari triwulan II 2021 di mana NPL Coverage kami 2,53x," jelasnya.

BRI juga selektif menyalurkan kredit pada sektor yang memiliki potensi kuat serta eksposur yang minim seperti pertanian, industri bahan kimia, makanan dan minuman. Serta selektif menentukan kelayanan nasabah restrukturisasi dengan mempertimbangkan kondisi dan potensi bisnis mereka.

Baca Juga: Duh, NPL Perbankan Naik hingga Mei, Berikut Sektor Penyumbangnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×