kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Rencana fixing spot kurs membuat Rupiah kuat


Selasa, 12 Februari 2013 / 18:31 WIB
Rencana fixing spot kurs membuat Rupiah kuat
ILUSTRASI. Anjlok, harga saham MPPA turun 6,57% di sesi pertama bursa Selasa (5/10)


Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Rencana Bank Indonesia (BI) untuk memberlakukan fixing spot kurs secara harian sebagai referensi pasar ternyata berdampak baik terhadap nilai tukar Rupiah. Per hari ini, Rupiah berada di posisi 9.680. "Rupiah cukup bagus akhir-akhir ini. Ada juga hubungannya dari kurs referensi pasar itu," kata Direktur Kepala Grup Hubungan Masyarakat BI Difi A. Johansyah, Selasa, (12/2).

Ia menyatakan, berarti ada ekspektasi pasar yang berharap bahwa nantinya pasar keuangan dalam negeri akan lebih efisien dan likuid. Bila pasar keuangan Indonesia efisien dan likuid, maka dengan sendirinya suplai valuta asing (valas) akan berjalan baik.

Disebut Difi, tujuan sebenarnya dibentuk pasar spot ini yakni pendalaman pasar keuangan. Karena ada orang yang tidak hanya membutuhkan kurs spot Rupiah, tetapi juga forward. "Untuk hedging," tuturnya.

Dikatakannya, selama ini orang kesulitan mencari instrumen forward. Kuotasinya susah dibentuk karena di pasar spot tidak ada referensinya. Dia menjelaskan bahwa menentukan perhitungan kurs forward yakni spot ditambah premi.

Sedangkan, kurs spot yang dimiliki saat ini tidak punya satu angka pasti per harinya. Kurs tiap bank berbeda-beda dan bisa berubah-ubah tiap menit atau bahkan detik.

Difi menjelaskan alasan terjadinya Non Deliverable Forward (NDF) di luar negeri adalah karena investor dalam negeri yang tidak bisa mencari pasar forward di negeri sendiri. Ini disebabkan kuotasinya yang tidak punya referensi di pasar spot. "Makanya kita benahi akarnya," tuturnya.

Maka dari itu, BI merasa harus mendisiplinkan pasar spot dahulu. Disebut Difi, minggu lalu pihaknya sudah mengumpulkan bank-bank devisa untuk membicarakan hal ini. "Agar bank-bank mau berkontribusi membentuk spot bersama," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×