Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemberi pinjaman (lender) asing semakin gemar menyalurkan pinjaman melalui fintech peer to peer (P2P) lending Indonesia.
Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) mencatat, lender asing terus tumbuh apalagi sepanjang masa pandemi. Bahkan di masa pandemi sepanjang tahun 2020, pinjaman dari lender asing bertumbuh. Akumulasi rekening lender luar negeri mencapai 3.930 entitas atau naik 4,63% (yoy).
"Tentunya ini memberikan preseden positif bagi industri fintech pendanaan di Indonesia. Artinya, industri ini potensial dinilai para investor meski ditengah pandemi Covid-19, karena untuk sektor-sektor tertentu, permintaan pendanaan malah meningkat misalnya untuk UMKM farmasi, kesehatan dan ekosistem telekomunikasi. Apalagi saat ini fintech pendanaan terus didukung keterlibatan penuhnya dalam mempercepat program pemulihan ekonomi nasional melalui UMKM," jelas Ketua Umum AFPI Adrian Gunadi kepada kontan.co.id, Selasa (23/3).
Baca Juga: OJK minta fintech tingkatkan kualitas pendanaan
Adrian menyampaikan, terdapat beberapa alasan lender asing melirik pasar P2P lending Indonesia. AFPI melihat investor termasuk lender asing telah menilai potensi fintech pendanaan sebagai pilihan akses keuangan masyarakat Indonesia di tengah percepatan digitalisasi terlebih di saat pandemi yang menuntun perilaku masyarakat untuk contactless.
"Kami melihat bahwa industri fintech pendanaan merupakan industri yang adaptif karena sebagai pelaku ekonomi digital, kami memiliki keunggulan dalam layanan yang berbasis teknologi yang pastinya mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pembiayaan dan tentunya menjadi bagian penting dalam peningkatan literasi dan inklusi keuangan," kata Adrian.
Ia menyebut, dalam tiga tahun terakhir ini, partisipasi lender asing di fintech pendanaan terus meningkat. Peningkatan juga terjadi semasa pandemi yang mencapai 3.930 entitas atau naik 4,63% (yoy).
Adrian menuturkan, dari 3.930 entitas rekening lender hingga 2020, nilai akumulasi transaksi lender luar negeri mencapai 40.843.117 rekening. Ia yakin, ke depannya fintech pendanaan terus akan menjadi pilihan bagi masyarakat yang membutuhkan akses keuangan lain.
Menurutnya, pertumbuhan penyaluran kredit yang dicapai oleh industri fintech pendanaan menunjukkan bahwa ekosistem fintech pendanaan sudah semakin kuat. Terbukti industri yang terus mencatatkan penyaluran pinjamannya, artinya adanya kepercayaan para lender terhadap platform penyelenggara dan terhadap profil peminjamnya.
"Kami melihat hal ini menunjukkan lender asing telah merasakan kemudahan berinvestasi dan dengan potensi pasar yang masih besar khususnya segmen masyarakat yang berkategori unbankable and underserved," kata Adrian.
Menurut Adrian, tenor pinjaman yang pendek (turnover tinggi), tingkat bunga pinjaman yang menarik, tingkat NPL yang terus dijaga sesuai dengan tingkat bunga pinjaman dan tingkat risiko pinjaman, telah menjadi daya tarik penting bagi mereka untuk berinvestasi di fintech pendanaan.
"Kami mengimbau fintech pendanaan untuk tetap mengoptimalkan layanan keuangan digital yang kami miliki sehingga tetap memiliki performa yang baik hingga akhir tahun. Seperti halnya dalam penyaluran kredit yang dilakukan harus tetap diproses melalui tahapan yang sangat ketat," tekan Adrian.
Ia menyampaikan, pada hakekatnya di industri keuangan khususnya industri P2P lending sudah pasti tidak akan pernah kekurangan atau kehilangan “borrower” karena pasar unbanked dan underserved yang digarap fintech P2P lending masih sangat besar. Hal ini tentunya akan menjadi penilaian dari para lender luar negeri untuk ambil bagian sebagai pihak yang memberikan pendanaan.
Baca Juga: Tak mau kalah, fintech lending siapkan super financial app bagi para pengguna