CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.860   -72,00   -0,46%
  • IDX 7.215   -94,11   -1,29%
  • KOMPAS100 1.103   -14,64   -1,31%
  • LQ45 876   -10,76   -1,21%
  • ISSI 218   -3,03   -1,37%
  • IDX30 448   -5,87   -1,29%
  • IDXHIDIV20 540   -6,91   -1,26%
  • IDX80 126   -1,77   -1,38%
  • IDXV30 135   -1,94   -1,41%
  • IDXQ30 149   -1,85   -1,22%

Riset Cambridge: 12 dari 13 sektor fintech secara global tumbuh selama pandemi


Jumat, 04 Desember 2020 / 17:14 WIB
Riset Cambridge: 12 dari 13 sektor fintech secara global tumbuh selama pandemi
ILUSTRASI. ilustrasi fintech.


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Studi Penilaian Cepat Pasar Fintech Global Covid- 19 menunjukkan 12 dari 13 sektor fintech tumbuh selama pandemi. Riset itu diluncurkan oleh Cambridge Centre for Alternative Finance (CCAF) dari University of Cambridge Judge Business School, World Bank Group, dan World Economic Forum.

Studi tersebut mengungkapkan bahwa industri Fintech global terus tumbuh di tengah pandemi. Lantaran 60% perusahaan yang disurvei telah meluncurkan produk atau layanan baru atau mengembangkan produk yang telah ada sebelumnya. Namun, pertumbuhan Fintech lintas model bisnis, wilayah, dan pasar sangat tidak merata.

Fintech masih menghadapi hambatan signifikan dalam operasi dan penggalangan dana. Penyelenggara Fintech juga mengisyaratkan perlunya lebih banyak dukungan peraturan dan pemerintah mengingat pandemik Covid-19 masih menjadi kendala bagi industri. Riset ini didukung oleh UK Foreign, Commonwealth and Development Office (FCDO) dan Kementerian Keuangan Luksemburg.

Diambil dari 1.385 perusahaan Fintech di 169 negara, data studi tersebut mengindikasikan bahwa 12 dari 13 sektor Fintech melaporkan pertumbuhan year-on-year (yoy) untuk paruh pertama tahun 2020 dibandingkan dengan periode yang sama sebelum pandemi di tahun 2019.

Baca Juga: AFPI: 1.208 pemegang saham, komisaris, dan direksi P2P lending raih sertifikasi

“Studi ini mengungkapkan bahwa sebagian besar industri FinTech global tangguh dalam menghadapi pandemi Covid-19. Meskipun demikian, hasil tersebut harus diinterpretasikan dalam konteks ketidakseimbangan dalam pertumbuhannya, dan peluang industri harus disandingkan dengan tantangan yang dihadapinya,” kata Bryan Zhang, Co-Founder dan Executive Director Cambridge Centre for Alternative Finance dalam keterangan tertulis Jumat (4/12).

Perusahaan-perusahaan melaporkan pertumbuhan rata-rata dalam jumlah dan volume transaksi sebesar masing-masing 13% dan 11%. Namun, dampak Covid-19 pada kinerja pasar tidak merata di seluruh sektor industri, geografi, dan bergantung pada tingkat perkembangan ekonomi serta ketatnya peraturan terkait Covid-19 di masing-masing negara.

Pembayaran Digital, Digital Savings, WealthTech, dan Digital Asset Exchanges secara global menunjukkan pertumbuhan di atas 20%. Ssementara sektor Digital Banking, Digital Identity, dan RegTech menunjukkan pertumbuhan yang lebih rendah dengan sekitar 10%.

Satu-satunya sektor yang melaporkan adanya penurunan selama periode yang sama adalah digital lending (pinjaman online), yang volume transaksinya turun rata-rata 8%. Pinjaman online, sama seperti pinjaman bank, bersifat procyclical.

Fintech yang memfasilitasi pinjaman online juga melaporkan penurunan rata-rata 6% dalam hal pemberian pinjaman baru dan melaporkan kenaikan 9% pinjaman yang menunggak.

Secara geografis, kawasan dengan pertumbuhan transaksi tertinggi adalah Timur Tengah & Afrika Utara (MENA) dengan 40%, Amerika Utara (21%), dan Afrika Sub-Sahara (21%). Hasil tersebut kontras dengan pertumbuhan transaksi sebesar 13% di Amerika Latin.

Bahkan, studi tersebut menyiratkan pertumbuhan yang lebih lambat di Kawasan Eropa dan Asia-Pasifik. Selanjutnya, pasar Fintech dengan peraturan terkait karantina kawasan atau lockdown akibat Covid-19 yang ketat memiliki rata-rata pertumbuhan transaksi 50% lebih tinggi daripada di negara-negara yang memiliki peraturan lebih longgar.

Variasi lebih lanjut juga terungkap saat membandingkan pasar dengan kemajuan ekonomi yang berbeda. Di pasar negara-negara, penyelenggara Fintech melaporkan pertumbuhan rata-rat dalam jumlah dan volume transaksi masing-masing sebesar 15% dan 12%. Dibandingkan dengan 11% dan 10% untuk penyelenggara Fintech dari negara-negara maju.

Baca Juga: Kemenkop UKM akui fintech berperan beri kemudahan pembiayaan bagi UMKM

Pertumbuhan basis pelanggan dan transaksi untuk penyelenggara Fintech dari negara-negara berkembang selama paruh pertama 2020 diimbangi dengan peningkatan tantangan dan risiko operasional yang lebih besar dibandingkan dengan penyelenggara Fintech dari negara-negara maju. Perusahaan dari negara-negara berkembang cenderung melaporkan kebutuhan mendesak untuk dukungan peraturan atau intervensi dari pemerintah.

Selain dapat dilihat dari sisi permintaan atau demand, kemampuan sebuah perusahaan Fintech dalam mencapai pertumbuhan dan ketahanan dapat juga dapat dijelaskan dalam kemampuan mereka untuk tetap gesit dan lincah dalam menerapkan perubahan dalam produk, layanan, dan kebijakan yang ada.

Dua pertiga dari perusahaan melaporkan telah membuat dua atau lebih perubahan pada produk atau layanan sebagai respons mereka terhadap Covid-19, sementara 30% lainnya melaporkan sedang melakukan proses yang sama. Selain itu, 92% perusahaan juga melaporkan telah meluncurkan atau sedang dalam proses meluncurkan produk atau layanan baru.

Terlepas dari indikator pertumbuhan positif ini, Covid-19 masih menghadirkan risiko eksternal serta tantangan operasional dan pendanaan kepada perusahaan Fintech. Sekitar 40% dari perusahaan yang disurvei menunjukkan bahwa mereka telah memulai atau sedang dalam proses meningkatkan langkah-langkah keamanan dan pencegahan fraud sebagai respons mereka atas kondisi bisnis selama pandemi.

Tantangan operasional lain yang dilaporkan oleh perusahaan termasuk peningkatan 4% dalam penghentian operasional (downtime) agen atau mitra bisnis dan peningkatan 6% dalam transaksi, pertanyaan (queries), atau permintaan akses yang tidak berhasil. Lebih lanjut, FinTech melaporkan 6% kenaikan biaya terkait onboarding dan 9% terkait pengeluaran untuk penyimpanan data.

Selanjutnya: Penerapan e-KYC di fintech bisa menghemat pengeluaran Rp 57 triliun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×