kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45910,70   9,30   1.03%
  • EMAS1.354.000 1,65%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Risiko ekonomi meningkat, S&P pangkas outlook peringkat tiga bank papan atas RI


Kamis, 30 April 2020 / 04:20 WIB
Risiko ekonomi meningkat, S&P pangkas outlook peringkat tiga bank papan atas RI
ILUSTRASI. Gedung Standard and Poor's di New York. REUTERS/BRENDAN MCDERMID


Reporter: Barly Haliem | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga pemeringkat global, S&P Global Ratings, merevisi outlook (prospek) peringkat tiga bank papan atas Tanah Air yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) menjadi "Negatif" dari "Stabil".

Dalam pernyataan resminya pada Selasa (28/4/2020), penurunan prospek tiga bank BUMN ini adalah karena meningkatnya risiko ekonomi dalam sistem perbankan Indonesia di tengah pandemi virus corona (Covid-19), yang dapat melemahkan profil kredit bank-bank ini.

S&P juga mengafirmasi atau menegaskan kembali peringkat kredit ketiga bank, yakni BMRI, BBRI dan BBNI, didukung dengan posisi pasar yang kuat, modal yang sehat, dan profitabilitas yang memadai.

"Dalam pandangan kami, risiko ekonomi bagi bank-bank Indonesia meningkat karena pandemi Covid-19, yang mempengaruhi (sektor) pariwisata, transportasi, perdagangan, manufaktur, dan investasi di negara ini," tulis pernyataan resmi S&P seperti yang dipterima www.kontan.co.id, Rabu (29/4/2020).

Adapun rating kredit BMRI, BBRI dan BBNI setelah pemangkasan outlook dari S&P tersebut adalah sebagai berikut: 

- Bank Mandiri Tbk (BMRI)
Rating terbaru BBB-/Negatif/A-3. Rating sebelumnya yang disematkan S&P untuk BMRI adalah BBB-/Stabil/A-3.

- Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk (BBRI)
Rating terbaru BBB-/Negatif/A-3. Rating sebelumnya yang disematkan S&P untuk BBRI adalah BBB-/Stabil/A-3.

- Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk (BBNI)
Rating terbaru BBB-/Negatif/A-3. Rating sebelumnya yang disematkan S&P untuk BBNI adalah BBB-/Stabil/A-3.

Setelah S&P menurunkan outlook, harga saham BMRI, BBRI dan BBRI turun pada penutupan perdagangan saham, Rabu (29/4/2020). Harga saham BMRI tercatat turun paling dalam. 

Saham BMRI turun 150 poin atau -3,61% menjadi Rp 4.000 per saham. Harga saham BBRI turun 10 poin atau -0,39% menjadi Rp 2.580 per saham. Adapun harga saham BBNI turun 60 poin atau -1,57% menjadi Rp 3.760 per saham. 

Proyeksi ekonomi Indonesia dari S&P

Pada saat bersamaan, perbankan menghadapi tekanan ekonomi akibat turunnya konsumsi masyarakat. Turunnya belanja masyarakat itu berkaitan dengan penerapan pembatasan sosial atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah wilayah.

Padahal selama ini konsumsi masyarakat menyumbang hampir 60% terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Alhasil, penurunan konsumsi akan menekan laju pertumbuhan ekonomi dan mengganggu bisnis perbankan. “Kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat menjadi 1,8% pada 2020, dibandingkan dengan 5% pada 2019, ” kata S&P lagi.

S&P Ratings menilai perbankan di Indonesia memang tidak memiliki posisi valuta asing (valas) dalam jumlah yang signifikan, atau dampak langsung depresiasi rupiah terhadap dolar AS tidak terasa signifikan.

Hanya saja, risiko kurs tetap mengintai perbankan Indonesia mengingat penyaluran kredit perbankan ke perusahaan-perusahaan yang sangat tergantung pada pendanaan asing.

"Kami melihat eksposur bank-bank di Indonesia terhadap (kredit sektor) usaha kecil dan menengah (UKM), komoditas, dan peminjam korporasi tanpa lindung nilai (hedging) dengan pinjaman dolar AS menjadi sangat berisiko," tulis S&P.

Sektor UKM juga cenderung berada di bawah tekanan karena menghadapi pendapatan yang turun dan likuiditas yang lemah. "Kami melihat kualitas aset bank di Indonesia memburuk, biaya kredit meningkat, dan profitabilitas menurun."Karena itu, kami merevisi tren risiko ekonomi untuk industri perbankan Indonesia menjadi Negatif dari Stabil," tulis paparan S&P.

S&P Ratings juga menganalisis bahwa bila pandemi Covid-19 terus berlarut-larut dan memburuk, dapat menurunkan penilaian risiko ekonomi bagi sektor perbankan Indonesia. Itu artinya, pertumbuhan ekonomi yang secara signifikan akan lebih lambat dibandingkan dengan perkiraan S&P sebelumnya. Kondisi ini akan menyebabkan kualitas aset dan kredit bermasalah (non-performing) lebih tinggi dari perkiraan.

Apalagi, jika depresiasi rupiah atas dolar AS terus terjadi dan berada pada level tinggi, akan melemahkan posisi eksternal dari korporasi-korporasi Tanah Air yang ujung-ujungnya akan berimbas ke bank.

Namun ada aura positif yang dilihat S&P atas perekonomian Indonesia. Faktornya adalah stimulus yang digelontorkan pemerintah dan bank sentral, Bank Indonesia, dalam menjaga fundamental ekonomi dan moneter tetap stabil.

"Kami percaya penurunan ini adalah peristiwa siklus dan pertumbuhan struktural Indonesia masih utuh. Laju ekspansi ekonomi harus kembali ke level 5% dalam jangka menengah. Kami mengharapkan pemulihan berbentuk (kurva) U yang datar dengan pertumbuhan 6,3% di tahun 2021," tulis S&P.

Paket stimulus pemerintah dan tindakan bank sentral seperti penurunan suku bunga, pengurangan dalam persyaratan cadangan, serta restrukturisasi kredit menjadi bantalan bagi debitur yang terkena dampak (Covid-19).

Selain itu, S&P juga mencatat, rasio modal Tier-1 rata-rata bank Indonesia sebesar 21,2% dan rasio kecukupan modal (CAR) 22,8% pada Januari 2020. Rasio permodalan tersebut juga termasuk yang tertinggi di kawasan Asia.

"Menurut pendapat kami, modal sektor perbankan dan buffer penyediaan telah tumbuh selama bertahun-tahun dan sekarang ada bantalan modal yang cukup besar. Rasio modal Tier-1 rata-rata bank sebesar 21,2% dan rasio kecukupan modal 22,8%, pada Januari 2020, termasuk yang tertinggi di kawasan ini," tandas S&P.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×