Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi suku bunga tinggi yang diperkirakan masih bakal bertahan lama diperkirakan bisa menjadi batu sandungan untuk kualitas kredit perbankan. Terlebih, segmen Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang dampaknya mulai terasa.
Data Bank Indonesia (BI) mencatat rasio kredit bermasalah atau NPL di segmen UMKM telah mencapai level 4,09% per Februari 2024. Angka tersebut lebih tinggi dari bulan sebelumnya di 4,05% dan posisi sama tahun lalu yang masih di level 3,84%.
Sementara itu, beberapa bank juga tampaknya telah mencatat adanya pemburukan NPL di segmen UMKM. Ambil contoh, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) yang dikenal sebagai bank dengan portofolio kredit UMKM terbesar di tanah air.
Secara bank only, NPL BRI untuk keseluruhan kredit yang dimiliki mencapai level 3,27% pada periode kuartal I-2024. Angka tersebut mengalami kenaikan dari periode sama tahun sebelumnya di level 3,02%.
Baca Juga: Bank DKI Bikin Program Kebun Hidroponik di Rusunawa Jakarta
Jika ditelisik lebih lanjut, BRI mengalami pemburukan NPL paling besar berada pada segmen usaha kecil. Tak main-main, angka NPL-nya telah mencapai 5,44% dari periode sama tahun lalu yang berada di level 4,45%.
Bergeser ke bank lainnya, ada PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) yang juga mencatat kenaikan NPL di segmen UMKM. Kenaikan terbesar berada di segmen usaha kecil yang mencapai 150 basis poin secara tahunan menjadi 4%, meskipun NPL segmen usaha menengah tetap menjadi yang terbesar mencapai 5,9%.
Namun, jika dilihat secara total portofolio kredit, BNI mampu melakukan perbaikan NPL sekitar 80 basis poin secara tahunan menjadi 2%. Di mana, itu dibantu oleh perbaikan NPL untuk segmen korporasi dari sebelumnya 2,1% menjadi 0,7%.
Selanjutnya, PT Bank Mandiri Tbk yang sebenarnya banyak fokus pada segmen kredit korporasi tak luput dari kenaikan NPL untuk segmen UMKM. Terkhusus, segmen usaha mikro yang naik 50 basis poin secara tahunan menjadi 1,65%.
Namun, karena portofolio UMKM di Bank Mandiri memang tak tergolong besar maka tak berdampak pada NPL keseluruhan kredit secara bank only. NPL Bank Mandiri secara bank only tercatat 1,02% atau turun 68 basis poin.
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan ada beberapa kondisi yang menyebabkan segmen UMKM ini mengalami kenaikan NPL. Terutama terkait kondisi suku bunga global hingga volatilitas harga komoditas yang akhirnya turut berdampak pada sektor UMKM.
“Ini memang mulai terdampak kepada daya beli dan kemampuan bayar dari masyarakat menengah ke bawah dari segmen mikro dan SME,” ujarnya belum lama ini.
Baca Juga: Suku Bunga BI Naik, Bank Tabungan Negara (BBTN) Turunkan Target Penyaluran Kredit
Meski demikian, pihaknya akan turut mendorong perbankan khususnya bank Himbara untuk tetap tumbuh secara moderat. Namun, tetap menjaga likuiditas dan kemampuan dari manajemen risiko.
Lebih lanjut, ia melihat jika segala kondisi saat ini membaik pada 2025, dapat mengakibatkan pemulihan kinerja perbankan yang lebih stabil, termasuk dalam hal pertumbuhan bisnis dan level rasio kredit bermasalah yang terjaga.
“Saya akan dorong mereka (Himbara) untuk (kredit) tetap tumbuh di kisaran 10%-11%,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan bahwa level NPL yang dimiliki BRI secara keseluruhan masih tergolong baik. Mengingat, rasio loan at risk (LAR) BRI mengalami perbaikan dari 16,39% di akhir triwulan I-2023 menjadi 12,70% di akhir triwulan I-2024.
Di sisi lain, BRI juga telah membentuk pencadangan di periode tersebut mencapai Rp 12,33 triliun. Angka tersebut naik sekitar 77,9% secara tahunan dari sebelumnya senilai Rp 6,93 triliun.
“NPL di kisaran 3% tersebut merupakan bukti nyata bahwa BRI mampu menjaga kualitas kreditnya dengan baik melalui penerapan prinsip-prinsip risk management yang prudent,” ujar Sunarso.
Direktur Keuangan Bank Mandiri Sigit Prastowo mengungkapkan bahwa pihaknya tetap berhati-hati dalam melakukan penyaluran kredit dengan mempertimbangkan kondisi global yang ada. Meski, Sigit menilai NPL yang dimiliki Bank Mandiri masih terbilang baik.
“NPL kita itu bisa dilihat termasuk yang rendah jika dibandingkan dengan industri,” ujarnya.
Sigit bilang kondisi kualitas kredit Bank Mandiri yang saat ini masih terbilang baik disebabkan oleh diversifikasi portofolio yang dimiliki. Di mana, bank berlogo pita emas ini memiliki risk appetite yang telah ditetapkan di tengah kondisi saat ini.
Sementara itu, Sigit juga mengungkapkan bank berlogo pita emas ini saat ini telah mengembangkan credit risk tool yang bisa membantu dalam proses pemberian kredit. Misalnya, Bank Mandiri telah menentukan target pasar yaitu industri yang prospektif.
“Nasabahnya pun ditentukan yang merupakan pemain besar di industri tersebut,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News