kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Risiko likuiditas bank kecil paling tinggi


Selasa, 04 September 2018 / 06:14 WIB
Risiko likuiditas bank kecil paling tinggi
ILUSTRASI. Uang rupiah


Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Risiko likuiditas bank kecil kelompok Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) I paling berisiko. Padahal jika dilihat sampai Juni 2018, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) loan to deposit ratio (LDR) kelompok bank dengan modal inti di bawah Rp 1 triliun ini paling rendah dibandingkan kelompok bank lain.

LDR bank BUKU I berada di level 79,7% paling rendah dibandingkan bank BUKU II yang berada di level 89%, bank BUKU III di 99% dan juga dari bank BUKU IV yang berada di level 89%.

Anton Gunawan Kepala Ekonom Bank Mandiri mengatakan, risiko likuiditas tidak sama antara kelompok bank satu dengan yang lain. Bank kecil seperti BUKU I memang mempunyai risiko likuiditas lebih tinggi karena likuiditas di perbankan masih tersekat-sekat. Risiko BUKU I ini terkait keleluasaan untuk mengatasi risiko likuiditas dengan melakukan repo.

Anton mencatat sampai Juni 2018, kepemilikan obligasi dan treasury bill atau surat utang jangka pendek mayoritas sebesar 52% ada di bank BUKU IV dan 33% ada di bank BUKU III. Sementara di bank BUKU II hanya 8% dan di bank BUKU I cuma 2%.

Rendahnya kepemilikan obligasi dan treasury bill di BUKU I ini membuat bank kecil yang mengalami kesulitan likuiditas karena mereka akan susah mendapatkan suntikan dana dari repo surat berharga. Selain itu BI juga akan susah melakukan injeksi likuiditas karena surat berharga dan treasuty bill yang rendah di BUKU I ini.

Henky Suryaputra, Chief Financial Officer (CFO) Bank Sahabat Sampoerna bilang bank kecil pasti mempunyai risiko likuiditas paling besar karena sebagian besar nasabah lebih nyaman menempatkan deposito di bank besar.

Meski begitu Henky masih optimistis bisa bersaing dengan menjaga bunga kredit yang diberikan ke nasabah lebih rendah dari kelompok bank BUKU III.

Ferry Koswara, Direktur Bank of India Indonesia mengatakan bank kecil memang mempunyai risiko likuiditas. "Kami berusaha menjaga LDR dengan baik di sekitar level 80%," kata Ferry.

Sasmaya Tuhuleley Direktur Utama Bank Kesejahteraan Ekonomi (BKE) mengatakan, likuiditas Bank BKE di tengah tahun ini lebih ketat di ketimbang periode sama di 2017 jika dilihat dari LDR yang meningkat dari 93,74% menjadi 98,32%. Tapi jika dilihat dari rasio alat likuid kondisi saat ini masih dalam tahap aman.

Karena BKE tidak banyak memiliki aktiva tetap, sehingga sumber likuiditas Bank BKE yang diinvestasikan ke aktiva produktif tidak hanya berasal dari dana pihak ketiga (DPK) tapi juga ekuitas.

Sasmaya bilang, secara umum likuiditas bank selain diukur dari hal pendanaan juga menggunakan rasio alat likuid lain. Dengan menggunakan perhitungan itu, likuiditas perbankan secara umum masih aman. "Sampai akhir tahun diproyeksi likuiditas Bank BKE masih aman. Secara periodik kami melakukan stress test," ujar Sasmaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×