kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.901.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.506   8,00   0,05%
  • IDX 7.572   87,33   1,17%
  • KOMPAS100 1.065   16,20   1,54%
  • LQ45 803   12,66   1,60%
  • ISSI 257   3,35   1,32%
  • IDX30 415   6,27   1,53%
  • IDXHIDIV20 471   5,41   1,16%
  • IDX80 120   1,76   1,48%
  • IDXV30 123   0,31   0,25%
  • IDXQ30 132   1,61   1,24%

ROI Dana Pensiun Nasional Turun, Portofolio Tak Seimbang Dinilai Jadi Pemicu


Kamis, 31 Juli 2025 / 16:53 WIB
ROI Dana Pensiun Nasional Turun, Portofolio Tak Seimbang Dinilai Jadi Pemicu
ILUSTRASI. Dana pensiun. KONTAN/Baihaki/22/5/2025


Reporter: Inggit Yulis Tarigan | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berdasarkan data OJK, return of investment (ROI) dana pensiun nasional tercatat menurun per Mei 2025 menjadi 2,8%, dari sebelumnya 3% pada periode yang sama tahun lalu. 

“ROI saat ini dipengaruhi oleh kondisi pasar keuangan dan kebijakan portofolio yang konservatif karena ketidakpastian ekonomi global,” ujar Direktur Eksekutif Asosiasi Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) ADPI, Syarif Yunus kepada Kontan, (31/7/2025). 

Ia menambahkan, komposisi portofolio investasi yang tidak seimbang dan tingginya rasio pembayaran manfaat juga turut menekan kinerja dana kelolaan.

Baca Juga: Iuran Dana Pensiun Sukarela Tumbuh Melambat per Mei 2025, Ini Penjelasan ADPI

Syarif menjelaskan, secara umum instrumen investasi yang masih menjadi kontributor utama return dana pensiun, khususnya DPPK (Dana Pensiun Pemberi Kerja), adalah obligasi, surat berharga negara (SBN), dan reksa dana campuran. 

Sementara itu, untuk DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan), pilihan peserta yang cenderung konservatif membuat deposito masih dominan dalam portofolio.

Meski pasar masih bergejolak, ADPI tetap optimistis ROI industri bisa bertahan di kisaran 5% hingga 7% hingga akhir tahun, merujuk pada pola dua tahun terakhir. Strategi alokasi aset masih difokuskan pada instrumen yang relatif aman seperti obligasi, SBN, dan deposito.

Baca Juga: Dana Kelolaan Jaminan Pensiun BPJS Ketenagakerjaan Tembus Rp 207 Triliun

“Sejatinya, dana pensiun bukan hanya soal mengejar return, tapi memastikan kecukupan aset untuk membayar manfaat jangka panjang. Jadi, menjaga likuiditas dan stabilitas menjadi prioritas,” tegas Syarif.

Ia juga menyoroti tantangan utama industri saat ini, yakni tingginya volatilitas pasar dan tekanan ekonomi makro. Dalam situasi seperti ini, dana pensiun harus mampu menjaga likuiditas untuk pembayaran manfaat kepada peserta yang pensiun setiap bulan.

Baca Juga: OJK Ungkap Beberapa Ketentuan di SEOJK tentang Susunan Laporan Berkala Dana Pensiun

Selanjutnya: Jelang Lawan Western Sydney Wanderers, Bek Persib Julio Cesar Ungkap Kondisi Fisik

Menarik Dibaca: Rekening Anda Terblokir? Ini Cara Aktifkan Ulang Rekening yang Diblokir PPATK

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×