Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seluruh saham bank digital ditutup terkoreksi pada penutupan perdagangan akhir pekan ini. Adapun dalam sepekan dua bank digital tercatat melorot cukup dalam yakni PT Bank Jago Tbk (ARTO) dan PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK).
Berdasarkan data Bloomberg, saham Bank Jago melemah 14,26% dalam sepekan setelah ditutup di level Rp 12.925 per saham pada Jumat (8/10). Sementara itu, Bank Aladin Syariah turun 5,76% di minggu ini usai ditutup di Rp 2.780 per saham.
Saham ARTO terus melorot meskipun bank ini pada Senin (4/10) mengumumkan bahwa Ribbit Capital, modal ventura asal Amerika Serikat (AS) yang gemar berinvestasi di fintech dan bank digital di dunia ini masuk mengoleksi saham perseroan.
Ribbit disebut membeli saham ARTO tidak lebih dari 5%. Tidak dijelaskan bagaimana mekanisme pembelian saham dilakukan. Hanya saja kepemilikan Jerry NG lewat PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia (MEI) tampak mulai berkurang.
Berdasarkan laporan kepemilikan efek yang mencapai 5% per akhir Agustus 2021 yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI), kepemilikan MEI tercatat 29,8% setara dengan jumlah saham 4.129.978.125 saham. Namun, dalam data KSEI per 6 Oktober 2021, porsi saham MEI berkurang jadi 28,8%.
Baca Juga: Harga saham Bank Jago turun terus, sepekan melorot hampir 13%, ada apa?
Saat dikonfirmasi Kontan.co.id, alasan berkurangnya kepemilikan Jerry NG tersebut, manajemen MEI maupun Bank Jago belum memberikan jawaban hingga berita ini diturunkan.
Menurut CEO dan founder Emtrade Ellen May, koreksi saham bank digital terjadi karena sedang ada rotasi sektoral di tengah kenaikan harga batubara.
"Big fund atau duit yang ada di market, baik itu dari investor besar maupun ritel, arahnya buat investasi di saham batubara. Jadi wajar kalau saham bank digital koreksi, apalagi harga sahamnya sudah naik cukup banyak juga," jelas dia pada Kontan.co.id, Jumat (8/10).
Emtrade saham belum merekomendasikan saham bank digital karena memilih untuk fokus masuk di saham-saham komoditas. Ellen bilang, waktu yang tepat untuk masuk ke saham bank digital adalah saat harga saham batubara sudah oversold dan krisis energi sudah mulai berakhir.
Suria Darma, Kepala Riset Samuel Sekuritas menambahkan, koreksi itu terjadi karena beberapa hari terakhir, dana asing masuk cukup besar dan didominasi masuk ke saham-saham berkapitalisasi besar bagian dari old economy.
Kendati demikian, Suria memandang beberapa saham bank digital masih menarik walaupun sudah cukup mahal. "Bank-bank digital lebih dilihat valuasi berdasarkan pertumbuhan usersnya. Namun, mungkin agak tertahan kenaikannya karena rata-rata bank harus melakukan rights issue,"jelasnya.
Selain pertumbuhan user, lanjut Suria, faktor lain yang perlu diperhatikan dalam melihat prospek bank digital adalah potensi ekosistem dan bagaimana manajemen bank mengeksekusi rencana digitalnya.
Menurutnya, bank yang cukup menarik saat ini adalah Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) dan BRI Agro Tbk (AGRO). Kedua dinilai memiliki potensi bisnis digital yang besar dan eksekusinya juga cepat.
Baca Juga: Jelang window dressing, saham BBRI menguat 6,67% dalam sepekan
Di sisi lain, ekosistem ARTO juga sebetulnya menarik bagi Suria, namun dia melihat investor sudah memberikan valuasi terlalu tinggi padahal eksekusinya masih lambat.
Sementara Budi Frensidy, Guru Besar Keuangan dan Pasar Modal Universitas Indonesia (UI) bilang, saham bank digital tidak menarik karena sudah kemahalan yang ditandai dengan price to book value (PBV) yang sudah sangat tinggi.
"Selain PBV, bisa juga dilihat dari PER dan pertumbuhan labanya. Keduanya juga memberikan indikasi yang sama," ujarnya.
Sedangkan Okie Setya Ardiastama, Analis Pilarmas Investindo Sekuritas menjelaskan, saham ARTO masih memiliki prospek yang menarik di masa depan karena layanan berbasis digitalnya, jangkauannya yang luas, potensi kerjasama dengan pelaku e-commerce, hingga manajemen yang dinilai kompeten.
"Kerjasama ARTO dengan Gojek, membuat perusahaan masuk ke industri perbankan dengan menawarkan solusi finansial yang lengkap. Prospek sahamnya akan membaik seiring dengan prospek pasca merger," pungkas Okie.
Selanjutnya: Bank BTN optimistis berjaya dibisnis pembiayaan properti Asia Tenggara pada 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News